Merubah perilaku bagi komunitas tertentu, tidaklah mudah seperti halnya kita mengembalikan telapak tangan kita, pasalnya rezim orde baru benar-benar sudah mensugesti kita, bahwa jika ada seorang ustad/ustadzah ikut dalam kegiatan pemilu maka dianggap mendukung salah satu calon yang akan akan diusung, selain itu mereka beranggapan bahwa politik itu kotor, dan tidak baik jika seorang ustad ikut berbaur dan mensukseskan pemilu di tahun 2024, itu bukan domain kita, tapi itu sudah ranahnya lembaga penyelenggara pemilu termasuk tugasnya pemerintah kab/kota melalui Kesbangpol dalam rangka pendidikan politik.Â
Ustad ya bicaranya terkait masalah hal agama saja, tidak baik jika menyuarakan isu-isu politik terlebih lagi bicara masalah pemilu dan seterusnya. Disinilah menjadi tantangan tentunya bagi siapapun yang diberikan mandat untuk aksi perubahan perilaku bagaimana memastikan anggapan tersebut, berubah menjadi sesuatu yang tidak tabu, dan bangkit dari aksi positif untuk peningkatan partisipasi warga peduli pada persoalan pemilu.
Sejak maret 2022 Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) membuat piloting di Kabupaten Brebes Jawa Tengah dan Ketapang Kalimantan Barat melakukan intervensi penguatan pada Jurnalis Warga dengan fokus pada kepedulian warga untuk mensukseskan pemilu melalui program Asia-Pacific Regional Support for Election and Political Transitions (RESPECT)
PPMN di bawah program Asia-Pacific Regional Support for Election and Political Transitions (RESPECT) telah melakukan Focus Group Discussion (FGD) online yang mengundang empat komunitas citizen journalism (CJ) dari Kamboja, Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste. Mereka yang hadir dalam FGD memiliki kondisi dan tantangan yang sama dalam menghadapi isu politik menjelang pemilu.
Tidak adanya kepercayaan publik terhadap pemilu, kurangnya partisipasi pemuda, ujaran kebencian di media sosial, propaganda yang dihasilkan oleh partai politik, isu rasisme dalam kampanye politik, konflik antar pendukung partai politik, oposisi menjadi kekuatan, hingga visi misi kandidat yang tidak jelas adalah isu politik terkini dihadapi oleh masyarakat di empat negara tersebut.
Masyarakat di negara-negara tersebut tidak hanya menghadapi isu-isu terkait pemilu tetapi juga ancaman terhadap demokrasi seperti pembatasan konten oleh pemerintah, undang-undang multimedia, berita palsu dan disinformasi, regulasi media sosial, korupsi, ketidakefektifan sistem parlemen, dan tekanan kebebasan pers.
Sebagai bagian dari upaya mendukung pencapaian demokrasi dan politik yang sehat melalui pemilu berintegritas, RESPECT menginisiasi pelibatan masyarakat sipil dalam mengawal pelaksanaan agenda demokrasi seperti pemilu di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya melalui pemberdayaan dan penguatan peran jurnalisme warga. Jurnalisme warga adalah gerakan akar rumput yang memiliki fungsi yang sama dengan jurnalis media arus utama.
Respect kemudian membuat rekomendasi agar mitra di setiap negara mempertimbangkan daftar kegiatan di bawah ini sebagai bagian dari desain program:
1. Pelatihan jurnalistik dasar
2. Pelatihan pemantauan pemilu
3. Pemahaman hukum tentang hukum pers