Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iman dan Ihsan Menjadi Bekal Penting dalam Kehidupan Sehari-hari

15 Oktober 2022   07:30 Diperbarui: 15 Oktober 2022   07:34 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakikat Iman dan Ihsan lewat mempelajari ilmu tauhid,  belajar ilmu tauhid itu fardu ain, kenapa demikian, karena ilmu tersebut bertujuan agar menjadi ilmu yang bermanfaat, mencari keyakinan hati, dan akal terhadap sebuah kebenaran islam. Makanya kita kemudian diminta untuk beriman dengan cara mengucapkan dua kalimah syahadah, sebagai wujud komitmen pada diri sendiri, dan sebagai pintu awal diterimanya amaliyah kita bagi warga yang muslim.

Iman itu asas amal, artinya Allah tidak menerima amal kecuali dari orang-orang mu'min. Mereka yang muslim, tentunya akan mengetahui rukun iman seperti percaya bahwa alam seisinya ini adalah ciptaan Allah SWT, ada malaikat yang bertugas sesuai dengan tupoksinya, percaya bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi Akhirus zaman, tidak ada nabi setelah itu, percaya bahwa ada siklus hidup yang mesti kita lalui, lahir-hidup-bayi-balita-remaja-manula-mati dialam kubur.

Mereka yang hidup didunia, diberikan kenikmatan yang luar biasa dari Allah yakni nikmat sehat, dan sempat. Sebuah kenikmatan yang harus disyukuri oleh semua orang, hidup tanpa mengalami kesakitan atau tidak pernah berada dirawat dirumah sakit, itu harus disyukuri dengan baik, wujud bakti syukurnya yakni dengan menjaga kesehatan dengan baik, seperti tidak makan berlebihan, hidup sehat dengan berolahraga, dan istirahat yang cukup. Sempat juga bagian dari nikmat yang perlu disyukuri, karena dengan sempat silaturokhim, bisa mengajarkan ilmu kepada orang lain, sempat untuk beribadah, dan sempat untuk menghadiri pertemuan itu sebuah kenikmatan yang sangat didambakan oleh semua orang. Maklum kita hidup harus berinteraksi dengan orang lain, tidak bisa hidup untuk diri kita sendiri.

Namun faktanya yang terjadi, masih ada orang yang ingkar atau tidak mau menjalankan perintahNya, bahkan yang dilarang oleh syariat Islam kadang dilanggar, seperti tidak boleh jangan mendekati zina, ternyata masih ada yang melanggarnya, jangan suka minuman memabukan, faktanya masih ada tempat penjualan miras apakah yang legal maupun illegal, dan ragam bentuk kemaksiatan yang terjadi didunia ini. Hawa Nafsu kita dikendalikan oleh setan yang memang tugasnya untuk menggoda umat manusia agar mereka ingkar, sesat dan berpaling pada aturan syariat yang telah ditetapkan.

Disuruh solat tepat waktu, sholat berjamaah, sholat wajib dilaksanakan dengan tidak menunda-nunda, atau malah tidak solat, inipun sering terjadi dikehidupan ini, mestinya kita memang harus berinterospeksi pada diri sendiri, hidup ini hanya titipan sementara, amanah yang diberikan oleh Allah SWT harus diterima dan penuhi dengan baik, termasuk saat kita diminta menjaga anak kita dan merawatnya menjadi umat yang berkualitas maka kita harus mewujudkannya, mereka harus mendapatkan bekal ilmu pengetahuan umum dan agama, sebagai bekal kaderisasi ilmu nabi yang diajarkan dan nantinya secara estafet merekalah yang akan meneruskannya.

Amaliyah seseorang tergantung dengan keikhlasan yang dijalankan, terkadang untuk menuju ikhlas sangatlah susah, namun ikhtiar dalam perjuangan menjadi mutlak, disinilah kita akan diuji pada rukun ihsan yakni saat kita takut dengan adzab maka jelas kita tidak akan melanggar syariat yang telah digariskan dalam ajaran Islam, termasuk saat kita beribadah juga harus khusyu, saat didunia dianggap sebagai ujian kita yang begitu berat, karena saat kita hidup didunia, itu sebagai ladang amaliyah yang tanpa batas, kita mau berbuat baik atau buruk akan tercatat, semakin banyak kebaikan yang telah dilakukan, tentunya akan semakin banyak amaliyah kita kelak dinikmati dialam akhirat, namun sebaliknya semakin kita berbuat jelek atau keburukan didunia akan berimbas pada diri kita kelak dikemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun