Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tabu atau Ora Elok Bicara Politik

27 Juli 2022   06:37 Diperbarui: 27 Juli 2022   06:43 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ustad, bertanya kepada penyelenggara pemilu, apa tidak tabu mas dari perwakilan Bawaslu, seorang ustad bicara politik atau pemilu, sedangkan kita sendiri ini bukan seorang pakar dimateri tersebut, biasanya kita bicara terkait masalah syariat, akidah, ukhuwah islamiyah dan ragam tematik kehidupan manusia dalam bermasyarakat, ini nanti setelah ikut sosialisasi pemilu lalu diminta saat pengajian untuk menyampaikan masalah pemilian umum, kita suruh bicara masalah politik. Bagi saya ini tabu atau tidak elok. 

Sebuah pertanyaan yang bukan hanya satu orang, ternyata dibeberapa tempat, juga diulang kembali, jika bukan ahlinya, lalu kita disuruh menyampaikan, khawatir keliru, sedangkan disuruh belajar tentang politik atau pesta demokrasi dalam pikirannya sedikit pamali atau ora elok. Benarkah pikiran seperti ini bisa terjadi pada kita yang bukan basic ilmunya lalu mengungkapkan ilmu lain yang tidak dipahami. 

Mengutip pada Kamus Wikipedia  kata Tabu atau ora elok atau Pamali dalam masyarakat Sunda biasanya bertujuan supaya hidup kita hati-hati, waspada, saling menghormati, dan melakukan sesuatu sesuai dengan waktu dan tempatnya. Terlepas dari mitos-mitos yang ada, sebagian besar pamali sebenarnya bisa dijelaskan dengan logika dan bermaksud baik, sehingga kita bisa belajar darinya bahwa hukum sebab-akibat itu ada, dan bukan hanya sekadar mitos.

Bawaslu Brebes Ma'ruf lalu menjelaskan, bahwa sebagai warga negara bicara politik itu tidak apa-apa, tidak salah dan jangan merasa salah atau tabu atau tidak elok. Setiap warga itu punya kesempatan untuk menyampaikan terkait pemilu, misalkan anda sudah membaca tahapan pemilu, atau perbedaan pemilu sekarang dengan pemilu yang kemarin, kapan jadwal pemilu tahun 2024, dan membantu memastikan para pemilih itu terdaftar dalam pemilu lewat aplikasi, termasuk agar menggunakan hak pilihnya untuk memilih para pemimpin, itu sah-sah saja.

Ustad atau ustadzah itu kan panutan masyarakat, ucapan dan tingkah laku mereka akan ditaati, atau diikuti oleh jamaahnya, wajar jika negara punya hajat pesta demokrasi kita sukseskan. 

Berbeda manakalah bicara dukung mendukung, maka ini sudah ke ranah yang berbeda, jika sudah ke ranah dukungan ini yang terkadang harus dibedakan antara menyampaikan secara umum dan secara khusus. 

Walaupun itu hak setiap orang untuk memilih para pemimpinnya atau mempengaruhi orang lain ke salah satu calon pemimpin yang akan dipilih, namun saat seorang tokoh agama menyampaikan perihal tentang tematik pemilu yang sifatnya umum itu malah bermanfaat dalam perubahan perilaku, seperti memastikan bahwa warga yang sudah memenuhi syarat untuk memilih sessuai dengan undang-undang pemilu maka bisa disampaikan, beberapa pasal yang ada di regulasi pemilu bisa disampaikan, termasuk kalau ada money politik lapornya kemana dan lainnya.

Berbeda dengan Aziz Aminudin, seorang jurnalis warga atau citizen jurnalism, dia mengatakan,  setiap warga adalah pewarta, dan warga boleh menyampaikan informasi sesuai dengan kode etik jurnalistik, rambu-rambu menulis harus memenuhi 5W+1H, tidak boleh menyebarkan berita bohong, apalagi sengaja memberitakan, ada psal yang menjeratnya. 

Sebagai warga boleh menyampaikan masalah pemilu, jangan takut, materi pemilu itu banyak yang lerlu disampaikan saat kita tidak tahu, maka kita bisa minta informasi kepada penyelenggara pemilu seperti belajar sekolah pemilu yang digagas oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) terkait pemilu, dulu saya tidak paham pemilu secara menyeluruh, namun setelah dikasih materi pemilu, secara tahap demi tahap belajar dan berani mengatakan terkait pemilu, selama mau velajar pastinya akan ada pemahaman yang bertambah. Yuk bantu edukasi pemilu, bersama-sama sukseskan pemilu 2024. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun