Penerimaan peserta didik di lembaga formal secara online sudah berlalu, mereka sudah mendapatkan pengumuman masuk sekolah, dan mengikuti orientasi pembelajaran awal di sekolah melalui Masa Orientasi Sekolah (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Bagi siswa didik baru, ini menjadi persoalan wajib untuk mengikutinya, dan pihak sekolah pun harus memberikan edukasi sekaligus memperkenalkan sedini mungkin akan lingkungan sekolah, termasuk nantinya siswa juga akan mendapatkan gambaran secara detail akan lingkungan sekolah.Â
Hal baru lagi, adalah orangtua siswa, harus menyiapkan biaya seragam, dalam daftar ulang siswa baru, maka siswa akan diminta untuk membeli seragam sekolah, bisa saja seragam ini berbentuk bahan, ada juga yang bentuk seragam jadi. Prinsipnya orangtua harus menyiapkan sedini mungkin akan biaya pendaftaran untuk anaknya disaat masuk jenjang formal tersebut, dan orangtua juga harus berpikir lagi bagaimana mencari tukang jahit yang tepat waktu agar cepat jadi pakaian seragam, disisi lain penjahit pakaian kebanjiran order menjahit seragam sekolah, bahkan beberapa sekolah juga ada yang request dengan beberapa tukang jahit, agar seragam kaos ataupun trainingnya juga minta jadi tepat waktu.Â
Disinilah bulan penuh berkah, tentunya bagi para penjahit yang sudah profesional, termasuk penjahit di desa-desa, mereka kebanjiran pesanan untuk menjahitkan seragam. Jika ada warga yang menjahit seragam diluar sekolah, maka para penjahit ini akan mengutamakan dulu seragam sekolah, karena kalau tidak tepat waktu, anaknya jadi minder dan akhirnya kadang tidak jadi berangkat sekolah, malu gara-gara seragamnya belum jadi.Â
Salah satu penjahit di Kampung penulis, nanang mengatakan, pihaknya membenarkan saat penulis melakukan wawancara, bukan hanya saya saja yang kebanjiran order menjahit dari pihak orangtua siswa, bahkan pihak sekolah pun meminta untuk mengerjakan pesanan siswa didiknya agar jadi, sementara strategi yang dilakukan adalah memprioritaskan pada seragam yang akan dijadikan pertama dulu itu untuk seragam osis, baru dilanjutkan seragam batik, berlanjut ke seragam pramuka. Semua ini dilakukan karena tidak bisa harus jadi semua, sedangkan waktu untuk pekerjaan juga sangat terbatas.Â
Menurutnya berbeda, ketika ada sekolah/madrasah yang menerima siswanya terlebih dahulu, dengan penilaian dari rapot, pendaftaran sejak maret atau april sebelum masa pengumuman masuk siswa baru, maka bisa berbagi waktu untuk mengerjakan jahitan pakaian sekolah dengan tepat waktu, namun ketika waktu bersamaan, maka kita sebagai penjahit pun harus extra kerja keras, sering lembur, jika ada kegiatan dilingkungan sementara harus berhenti sejenak, jika harus memikirkan jahit terus, nanti dibilang tidak mengenal tetangga sedang ada musibah dll, sehingga dunia akhirat tetap harus jalan.Â
Pihak orangtua siswa pun kadang ada yang minta cepat bahkan berani membayar lebih agar jahitannya jadi, namun ada juga yang bisa bersabar, tipikal orangtua seperti ini, bagi kami sebagai tukang jahit tetap harus diterima, mereka yang awal sudah mendaftarkan jahitannya maka kita dahulukan, jika mereka daftarnya lambat, ya kita prioritaskan kedua, yang penting sudah disampaikan terlebih dahulu, jahitan kapan bisa diserahkan.Â
Ongkos jahitan untuk anak sekolah bervariatif, ada yang menggunakan tarif dasar pada umumnya yakni satu stel baju seragam kisarannya adalah Rp. 65 ribu hingga Rp. 75rb, mungkin jika tukang jahit yang dikota bisa sampai Rp. 90 ribu hingga Rp. 100rb.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H