Kesempatan perempuan untuk memperoleh hak yang sama dengan kaum adam masih menjadi polemik berkepanjangan, wajar saja jika masih ada dikotomi kesempatan belajar dalam jenjang pendidikan baik di satuan pendidikan dasar, menengah hingga jenjang perguruan tinggi. Sejak zaman landa hingga zaman digitalisasi sekarang ini. Hanya terjadi perbedaan saja saat zaman landa dengan zaman digitalisasi.
Zaman sebelum kemerdekaan kesempatan belajar jelas akses pendidikan terbatas, larangan belajar bagi perempuan, dan perlakuan perempuan zaman itu sangat berbeda jauh dengan laki-laki, kemudian saat zaman digital, pemerataan pendidikan sudah membaik dan merata hingga pedesaan, tidak ada larangan bersekolah, hanya saja masih ditemui ada anak yang tidak bersekolah dikarenakan alasan ekonomi, bekerja, dan malas atau motivasi belajar rendah.Â
Wajar saja prosentase di data anak tidak sekolah hampir rata-rata usia perempuan yang tidak beruntung, dan sebaran rata-rata lama sekolah di Kabupaten/Kota ya paling dominan adalah kaum perempuan. Belum lagi kesempatan perempuan untuk belajar berpolitik, inipun menjadi tantangan yang luarbiasa, mereka harus membagi waktunya untuk keluarga, lingkungan dan organisasinya, termasuk memperoleh pendidikan yang tinggi.
Selama perempuan tidak dikasih ruang gerak yang luas, maka akan semakin terpojokkan nasib mereka, pengarustamaan gender menjadi salah satu jurus yang tepat termasuk bagaimana perjuangan RA. Kartini dikala masih hidupnya, memperjuangkan hak perempuan agar sama dalam kehidupan ini.Â
Banyak perempuan pemimpin negeri ini yang bisa menjadi suri tauladan, bahkan sejumlah gubernur, bahkan presiden negeri ini pernah dipimpin oleh perempuan, sekarang ini guru, dokter, bidan ataupun pendakwah di masyarakat sudah mulai muncul perempuan berdaya, bahkan pengajian perempuan yang ada di desa lebih bertahan lama usianya dibandingkan dengan kaum adam.Â
Perempuan harus mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan laki-laki, semakin perempuan berkualitas dalam pendidikan maka akan muncul generasi intelektual yang berkualitas, karena pendidikan ibu kepada anak sejak dini lebih teliti dan sabar sekaligus penuh kasih sayangnya sangat berbeda dengan laki-laki.
Jika banyak semangat kartini yang berkualitas maka nasib bangsa ini akan terangkat, kesuksesan anak-anak di bangku kuliah atau pesantren salah satunya adalah doa ibunya dan jerih payah ibunya sebagai seorang perempuan yang berdaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H