Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Pilihan "Antara Egoisme atau Empati"

6 Januari 2021   07:23 Diperbarui: 6 Januari 2021   07:29 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini sarapan medsos di facebook, lalu buka Fbnya Ismahfudi dengan tulisan pada statusnya adalah Film yang sarat dengan pesan moral untuk kita renungkan...Film dengan durasi 2 menit ini hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk shooting, dan berhasil sebagai film pendek pemenang Oscar.

Film tanpa kata-kata namun berhasil menggambarkan kehidupan manusia masa kini, egois, miskin etika, hilangnya sopan santun, selalu merasa benar, kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya, tak mau mengalah, tak mau berbagi bahkan berkorban untuk orang lain. Hilangnya empati dan simpati. Mungkin film ini hanya sebuah tontonan tapi bisa juga kita sebenarnya yang menjadi tokoh di dalam film pendek ini.

Kucoba untuk klik film tersebut sampai selesai, walaupun hanya 2 menit, tanpa ada kata-kata, namun seringkali menemui kondisi di masyarakat seperti itu sehari-hari, ketika berada di mall atau di hotel bintang 3 atau bintang lima, bahkan ada saat antrian di bank atau antrian di ATM dan ragam lainnya, untuk belajar antri ataupun empati terkadang sulit.

Egois seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jika kita mengubah sikap ego menjadi empati maka akan berdampak negatif pada karakter kita, orang lain dianggap kurang penting, pdan kita yang merasa punya jabatan atau punya kesempatan merasa hebat dan tidak mau mengalah, akhirnya orang lain akan menilai bahwa kita ini orang egois, jika image iji terpatri dan tersebar luas, maka sangat berisiko dalam kehidupan ini.

Orang yang egois dan pelit, maka jelas kurang banyak temannya, saat mereka bermain pun atau bersahabat sukanya pilah pilih, kadang juga sahabat yang dipilih tidak langgeng, namun orang seperti ini dipastikan ada di sekitar kita.

Mereka yang pelit juga ada di sekitar kita, jika banyak orang yang dermawan, maka lingkungan sekitar kita pasti akan nyaman dan merasakan kekeluargaan, imbasnya tetangga ataupun lingkungan satu desa dianggap sebagai saudara semua, di saat orang ini meninggal, maka lingkungan sekitarnya merasakan kehilangan, namun ketika orang tersebut pelit dan egois, malah ada sebagian dari lingkungan mereka mendoakan, kapan orang yang egois dan pelit itu jadi murah hati, dermawan dan ramah. 

Menimbulkan Empati itu tidaklah mudah, namun saat kita melatih anak kita untuk gemar bersedekah, saat ada temannya sakit lalu dilatih untuk menjenguknya, atau saat idhul fitri, dimana anak-anak harus minta maaf kepada orangtuanya, kerabatanya dan saudaranya maka di sinilah anak-anak bisa dilatih untuk belajar empati. 

Saat ada temannya jatuh, maka anak ini akan melakukan respon cepat untuk menolongnya, di sinilah sikap empati dimunculkan, bayangkan jika sifat egois dan pelitnya yang muncul maka akan dampak negatif. Pesan inspiratif lagi ini adalah, belajarlah untuk tidak egois dan tidak pelit. Saatnya menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun