Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Penghasilan Istri Besar, Suami Ga Usah Minder

20 Desember 2020   11:43 Diperbarui: 20 Desember 2020   11:48 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dok qmfinancial.com)

Penghasilan suami besar hal biasa, namun bila gaji istri lebih besar dari suami, ini menjadi luar biasa, karena suami terkadang banyak yang minder, merasa tersisihkan dan saat melakukan aktivitas suami kadang juga terkalahkan dengan istrinya, merasa gajinya besar, terkadang istri akan membandingkan dengan beban pekerjaan di rumahnya. 

Apalagi jika tidak punya pembantu rumah tangga, maka suami semakin mindernya luar biasa. Di sinilah akan ada sedikit permasalahan dalam berkeluarga. 

Rasa minder pasti ada ketika gaji istri semakin besar daripada suaminya, berbeda dengan suami gajinya lebih besar daripada istri, yang terjadi saat istri gajinya besar maka akan timbul sifat menguasai kepemimpinan keluarga, jika komunikasinya tidak seimbang, bahkan menutup komunikasi maka yang akan terjadi adalah keretakan keluarga akan muncul, karena suami dianggap tidak dihargai sebagai seorang pemimpin dalam keluarganya, merasa dikendalikan oleh istrinya gara-gara gajinya lebih besar. 

Saat ego masing-masing tidak dikendalikan, maka akan muncul keretakan keluarga, lalu anak menjadi korban, dan dampak terakhir terjadi gugatan perceraian, mestinya dengan gaji istri lebih tinggi, maka bisa memacu suami untuk giat kembali mencari penghasilan tambahan dengan tidak memberikan beban ganda kepada suaminya, bayangkan jika suaminya pendidikannya lebih rendah dengan suami lalu istrinya penghasilan lebih tinggi dan pendidikannya juga lebih tinggi dari suaminya maka jelas akan terjadi persoalan dalam kehidupannya. 

Di sinilah ego antara suami dan istri jangan kedepankan, tetapi harus dijadikan hikmah dalam berkeluarga. Misalkan gaji suami bisa untuk mencukupi kehidupan keluarganya, dan gaji istri bisa di tabungkan untuk bekal pendidikan anak dan tabungan ke tanah suci atau untuk amal jariyah atau wakaf tanah atau produktif sebagai bekal nanti hidup di akhirat. 

Besarnya gaji jangan dijadikan alasan siapa yang berkuasa, keputusan harus diambil bersama, jangan sampai karena alasan gaji yang sangat kecil atau besar lalu keputusan diambil dengan dalih besarnya pemasukan pendapatan antara suami dan istri, jika ini tidak bisa dikendalikan maka akan menjadi persoalan timbulnya keretakan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun