Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedug

12 November 2020   20:41 Diperbarui: 12 November 2020   20:46 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bedug penanda awal sebelum masuk sholat, sejak prasejarah bedug ini telah ada. Bedug rata-rata terpasang di masjid, kalau dimusholla namanya Kentongan. Bedug sebagai akulturasi antara budaya cina dan islam, dikenalkan kepada masyarakat agar mereka datang untuk melaksanakan ibadah. 

Abad ke-15 saja sudah ada istilah bedug, saat itu digunakan untuk meminta hujan, seiring waktu berubah fungsi menjadi simbol untuk mengundang orang banyak untuk melaksanakan ibadah sholat atau ada juga yang memanfaatkan bedug sebagai tanda kalau ada bencana di sekitar lingkungan kita, bagi warga akan bisa membedakan mana bedug sebagai tanda masuk waktu sholat juga tanda kalau ada bencana seperti ada kebakaran dan ragamnya.

Di Brebes ada sentra pembuat bedug dan juga rebana, wajar jika banyak orang order bedug dengan bahan kayu spesial dan kulit yang dipakai ada kerbau, sapi dan kambing, tentunya akan berbeda kualitasnya, ditangan orang trampil bedug ini akan bisa bagus suaranya dan kulit hewan yang dipasang setelah kering juga akan kenceng dan dimanfaatkan secara maksimal.

Kulit Kerbau bisa juga dipasang, semakin besar hewannya, maka semakin bagus kualitas dan lebarnya kulit, asalkan saat memotong hewan tersebut, kulitnya utuh tidak robek oleh aenjata tajam. Kulit ini harus di jemur dengan suhu yang panas, agar hasilnya semakin keras dan kuat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun