Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banyak Bangunan Baru: Produksi Bata Terus, Peminat Pun Tak Putus

9 November 2020   15:16 Diperbarui: 9 November 2020   15:45 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya masalah mobil baru yang produkai terus, dunia kontruksi bangunan pun tak pernah putus, tiap tahun selalu bertambah, dari hunian baru, sampai proyek perumahan baru dan renovasi rumah. Kayaknya tidak pernah ada berhentinya, walau ganti musim sari penghujan ke kemarau atau sebaliknya. 

Produksi bata pun tak pernah berhenti, sentra bata di beberapa desa seperti di Kabupayen  Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Jepara ataupun Kabupaten di Pulau Jawa sepertinya selalu memproduksi bata tanpa mengenal musim dan hari libur. 

Begitupun peminat bata, tak pernah berhenti, karena peminat pun tak pernah putus, sepertinya para pembuat bata selalu bersyukur kalau usahanya selalu ada peminatnya, dan hebatnya lagi dunia kontruksi kayaknya tak pernah berhenti, bongkar pasang, bangun baru, dan ragam jenis proyek yang membutuhkan bata. Bayangkan jika tidak ada model produk hebel pastinya bata akan jadi primadona saat masyarakat bangun rumah, ruko atau bangunan. 

Bata langgeng misalnya, bagi sebagian warga Di Dapil IX Jateng paling pavorite membeli produk ini, selain kualitas dan tidak mudah pecah atau patah, faktor tanah dan kualitas bakarnya sangat bagus, wajar jika menjadi pilihan utama dalam membeli produk ini, makanya di kampung ini hampir merata orang produksi bata ini. 

Karena puluhan tahun, maka banyak tanah yang diambil dan diproses menjadi bata yang tinggal pasang saja, dan harganya akan dijadikan sebagai referensi harga bagi sentra bata lainnya, seperti bata di losari, kersana, ketanggungan, maupun songgom akan merujuk harga bata langgeng, secara harga langgeng lebih mahal sedikit, namun karena kualitas dan hasilnya berbeda jauh wajar jika bata lainnya harganya dibawahnya.

Misalkan di langgeng per bata di hargai 850 maka disentra bata lainnya harganya akan turun dibawahnya, namun semuanya twtap laku, disaat produksi langgeng laris manis, pastinya akan terjadi dalam membangun rumah/ruko/bangunan model campuran batanya, daripada nunggu bata langge dan tukang akhirnya nganggur dibayar lebih baik di campur bata lainnya. 

Sepertinya regulasi pemanfaatan tanah pertanian atau bantaran sungai dan digunakan untuk produksi bata ini regulasinya tidak seketat membuat IMB atau perijinan usaha, sehingga banyak lahan yang awalnya bagus, menjadi berkurang tanahnya, karena tanah yang ada di olah menjadi batu bata. Jika ini terus berlangsung pastinya ada dampak ikutan akibat pemanfaatan lahan yang dijadikan batu bata ini. Kecuali lahan yang ada memang tidak digunakan atau tanahnya tidak punya nilai ekonomis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun