Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tilik Bayi, Tradisi Turun Temurun

29 Oktober 2020   16:19 Diperbarui: 30 Oktober 2020   08:03 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi (Dok mybaby.co.id)

Mau tilik bayi anaknya Bulik, anak ke 2 sudah lahir beberapa hari yang lalu, sekalian nanti juga lihat di anaknya bulik yang lainnya. Oke..siapkan dulu cinderamata untuk tilik bayi biar diserahkan. 

Tilik bayi bisa kapanpun, dan tidak ussh janjian karena ibune bayi dan bayinya pastinya banyak dirumah, wajar jika tilik bayi beda dengan tilik rumah baru, termasuk tilik ke rumah sakit saat jenguk orang sakit.

Tilik Bayi bikin simbah, budhe, paman dan kakak atau mbakyu dan siapapun yang tilik bayi pastinya senang, karena bayi itu belum punya dosa jadinya yang lihat pun merasa senang, bagi simbahnya pastinya sudah terbiasa pegang bayi, maka tidak kesulitan bagaimana cara menggendong, membalikkan punggung bayi kaya dukun bayi.

Namun saat pandemi covid ini, sebenarnya mereka yang punya penyakit paru atau asma ataupun TBC dan ragam penyakit menular, untuk menunda tilik bayi, soalnya nanti bisa menularkan penyakitnya kepada bayi, dampaknya bayi bisa mudah tertular, maklim bayi ini sangat rentan terhadap penyakit.

Bayi yang dilahirkan tetap harus dikasih Air susu Ibu dengan baik, pastikan tidak makan apapun selain ASI saja sejak awal kelahiran hingga 6 bulan, kemudian diberikan MP ASI setelah 6 bulan hingga 2 tahun. Usahakan jni dilakukan sejak turun temurun karena akan menjadikan anak semakin pinter, cerdas, ceria, dan berakhlaqul karimah. 

Sebuah kebahagiaan yang tak terhingga bagi mereka yang diberikan amanah untuk merawat sang buah hati, karena banyak seorang ibu yang mampu tidak diberikan kesempatan untuk memiliki sang buah hati, sehingga mereka harus mengasuh anak saudara sebagai anaknya. Namun ada juga mereka yang diberikan amanah dengan banyak anak banyak rejeki, ada yang tidak menggunakan alkon KB sebagai sarana mengendalikan penduduk.

Tilik bayi ada juga yang cukup bawa uang dimasukan dalam amplop, bawa peralatan mandi, pakaian bayi, mainan bayi, tas bayi, gendongan bayi, perlengkapan mencuci, sembako, dan ragam lainnya, prinsipnya nilai silaturokhim menjadi hikmah di dalam tilik bayi, keluarga menjadi kenal dan dikenalkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun