Budidaya ayam kampung dengan memanfaatkan lahan pekarangan sangat penting, karena bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi keluarga dan telur ayam kampung bisa dijual atau dikonsumsi untuk keluarga.Â
Ayam kampung mudah dipelihara, selain resiko tidaklah banyak, tapi daya ketahanan akan penyakit pada ayam kampung tidak seperti ayam broiler. Ayam kampung era zaman dulu, kadang dijadikan sebagai modal orang tua dengan membawa pada setiap sarahan bagi penganten yang mau nikah, sepasang ayam pejantan dan betina kemudian diharapkan nanti bisa beranak pinak.Â
Ayam kampung bisa tidur diatas pohon, penulis pernah melihat sendiri, ada banyak ayam yang dipelihara tiap malam tidur di ranting pohon, tahan dengan hawa dingin, bahkan sulit untuk ditangkap kecuali kalau saat malam hari bisa ditangkap lalu dijual ke pasar atau bisa juga untuk suguhan tamu yang kadang-kadang datang sewaktu-waktu.Â
Ayam kampung juga bisa menjadi pertanda waktu jelang subuh, bunyi ayam bekokok akan terdengar dengan cukup keras, sehingga para penghuni dirumah akan terbangun. Untuk memelihara ayam kampung maka dibutuhkan kandang yang selalu bersih, pakan tersedia, memilih indukan yang sehat, babon atau betina yang bagus sehingga cepat bertelur dan kalau ditetaskan maka bisa hidup semua anakan ayam. Sebaiknya jangan menjual indukan yang bagus, karena indukan ayam kampung bisa menjadi modal kuat untuk menghasilkan dana kembali.Â
Ayam kampung terkadang juga dikawinkan dengan bangkok, akhirnya jadi ayam cokol, ayamnya akan mengikuti genetika pejantan, sehingga fisiknya sedikit besar dan ada persilangan antara ayam bangkok dengan ayam kampung lokalan. Dagingnya memang tidak seenak ayam kampung asli. Â Wajar jika rasa ayam kampung goreng atau sayur opor pun akan terasa pada serat dan rasanya dibandingkan dengan ayam broiler.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H