Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Plastik, Bisakah Terurai

9 September 2020   18:42 Diperbarui: 9 September 2020   18:36 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Indonesia dan China adalah dua negara yang paling banyak menghasilkan polusi plastik dalam tahun-tahun belakangan ini. Tapi kita juga harus ingat bahwa banyak dari sampah plastik yang datang dari kedua negara itu dihasilkan sebagai bahan-bahan pembungkus oleh perusahaan-perusahaan yang berpusat di Eropa dan Amerika. Jadi ini adalah tanggung jawab kita bersama." Ujar John Hocevar adalah Ocean Campaign Director Kelompok lingkungan Greenpeace yang dirilis di portal  gencil.news.

Di beberapa pedesaan sudah mulai menjamur daur ulang plastik, sehingga menciptakan lapangan kerja, termasuk dengan banyaknya rumah tidak berpenghuni namun strategis, disewa oleh warga kemudian dijadikan sebagai tempat penampungan sementara beberapa barang bekas, dengan tujuan barang bekas tersebut dikirim ke pemasok di Jakarta untuk dikirimkan ke Perusahan manufakturing.

Masih ada juga warga yang melakukan pembakaran sampah plastik, termasuk di pengelolaan TPS atau TPA pun sampah tertimbun hingga berbukit, lalu dibakar, padahal tidak akan terurai sampai ratusan tahun untuk sampah plastik.

Untuk mengurai sampah plastik diperlukan waktu 50-100 tahun untuk terurai, padahal umur rata-rata manusia di Indonesia berkisara antara 60-70 tahun sudah meninggalkan dunia ini, namun sampah pun belum terurai, butuh 2 generasi berarti untuk mengurai usia sampah, wah lama binget yah.

Untuk mengurai plastik seperti bungkus detergen butuh 50-80 tahun, sedangkan kantung plastik (tas kresek) diperlukan waktu 10 hingga 20 tahun untuk hancur. Bayangkan apa jadinya jika di lingkungan bumi ini kita buang sampah sembarangan, padahal setiap hari kita kalau membeli sesuatu di pasar, di supermarket ataupun warung kelontong dipastikan dikasih plastik untuk menaruh barang-barang yang kita beli.

Seharusnya kita ini menjadi suri tauladan agar tidak menyebabkan sakitnya bumi, caranya tidak membuang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempatnya, pisahkan masing-masing jenis sampah, misalkan sampah organik dan non organik, lalu lakukan reduce atau kurangi, re-use atau gunakan kembali dan recycle atau olah kembali.

Belilah produk yang bisa di isi ulang, karena bisa mengurangi sampah dari botol bekas kemasannya, termasuk saat bepergian ke sekolah, kantor atau pergi ke obyek wisata akan lebih baik jika anda membeli botol permanen yang tinggal diisi berulang-ulang botol tersebut dengan air tanpa harus membeli botolnya lagi, kalau anda beli aqua atau air mineral dengan plastik yang sama saja anda ini telah memberikan investasi menangisnya bumi ini, karena untuk mengurangi plastik butuh waktu yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun