KH. Reza Ahmad Zahid, Lc, MA dikenal dengan panggilan Gus Reza Lirboyo, cucu dari Kyai Makrus Aly Lirboyo hadir untuk memberikan tausyiyah dalam acara Khotmil Alfiyah Ibnu Malik di Ponpes Assalafiyah, Desa Luwungragi, Kecamatan Luwungragi, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Â
Gus Reza menjelaskan, 1000 nadzom di Alfiyah Ibnu Malik, lalu santri bisa hafal itu adalah berkah yang luar biasa. Nadzom Alfiyah Ibnu Malik karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik, merupakan sebuah karya yang sangat fenomenal, yang tidak akan pernah terhapus dalam khazanah intelektualitas pesantren. Khususnya pesantren salaf.
Muhamad Abdulloh Ibni Malik ini aslinya spanyol, dulunya santrinya sedikit, bahkan menawarkan pengajian ke mana-mana untuk mengaji dirumahnya, tapi ternyata followernya sedikit, hanya ada beberapa muridnya seperti Yahya Ibni Malik Annawawi berguru ke Abdulloh Ibni Malik. Walaupun sedikit santrinya ternyata santrinya ini berhasil semua dengan menyebarluaskan ilmu agama ke seluruh penjuru dunia.Â
Zaman sekarang ini yang dicari adalah follower dan dikomersilkan, ketenaran ujung-ujungnya untuk komersil, namun berbeda dengan Abdulloh Ibni Malik, santri sedikit tapi muridnya bisa berhasil dan mau meneruskan ilmunya Nabi, hingga sekarang nadzoman ibnu malik menjadi hafalan wajib bagi santri.Â
Menghafal nadzoman adalah pekerjaan yang sangat berat, ilmu itu mahal, makanya nabi sulaiman milih ilmu dan mendapatkan kekuasan dan harta. Dzul Qornain juga diminta pilihan sama gurunya, ternyata dzul qurnaen milih ilmu, dan bisa mendapatkan kekuasan dan harta yang mencukupinya.Â
Semua barang kali banyak menjadi murah, begitu gus reza menyampaikan. Saat melimpah hasilnya ya pasti murah, karena stok banyak, namun kalau sebaliknya jika sedikit stoknya maka akan memiliki nilai yang mahal, karena stoknya sedikit.Â
Berbeda dengan punya ilmu, semakin banyak ilmunya maka semakin berkah orangnya karena bisa menjawab tantangan kehidupan ini, berbeda dengan punya ilmu sedikit maka tidak beruntung.Â
Pesan gus reza, walaupun kamu punya guru dan sudah meninggal maka tetap jangan suudzon kepada gurunya, hormatilah gurumu yang telah mengajarkan ilmunya. Rusak hubungan kebersamaan antara guru dan murid dan wajib santrinya untuk bertobat.Â
Guru-guru yang telah wafat sebenarnya masih hidup ilmunya dan ada hubungan ruhaniyah antara guru dengan murid, sehingga muridnya mendapatkan barokah, makanya jangan sampai lepas hubungan dengan guru-guru ulama kita, apalagi kok suudzon maka hindari.Â
Pesan akhir buat santri, pertama harus cerdas, kedua harus berpegang pada kitab kuning yang diajarkan oleh para ulama terdahulu, ketiga harus berinteraksi sosial untuk bisa memecahkan masalahnya, keempat santri harus punya guru (saehun fatah).Â