Perasaan senasib, sepenanggungan dan kekeluargaan di kalangan masyarakat itu adalah ciri khas masyarakat Indonesia, pastinya harus dijaga dan dilestarikan, jangan sampai kita sendiri sebagai insan pendidik kemudian memberikan contoh kepada masyarakat yang tidak baik. Berikan sesuatu keteladanan dalam bertindak,bertutur kata, berperilaku yang positif dan tidak menggunakan kekuasaan untuk semena-mena, nantinya akan berdampak buruk bagi masa depan generasi yang akan datang.
Konsep zakat maal, atau zakat fitrah yang kita sudah tunaikan sebagai pembersih harta, sebenarnya itu bagian dari makna gotong royong, ada kesetiawakan sosial yang penting di dalamnya, yang kaya menyerahkan hartanya karena di dalam hartanya itu ada hak orang lain, yang merasa tidak mampu menerima harta yang diberikan dari para agniya, sehingga merasakan terbantu atas tasyarufnya.
Begitu pula dengan pelaksanaan idhul adha yaitu menyembelih hewan qurban itu juga bagian dari menumbuhkan solidaritas dimana masyarakat sekitar melakukan kerjasama dengan kompak, untuk neteli daging, dan setelah selesai daging siap di distribusikan kepada lingkungan sekitarnya, sehingga mereka yang tidak mampu merasakan juga nikmat makan daging.Â
Begitu pula dengan edukasi dan pembagian masker di era pandemi ini, itu adalah makna gotong royong, dan peduli bersama atas musibah yang ada dan menjadikan jiwa kemanusiaan bangkit untuk membantunya, karena dalam jiwa kita ini ada perasaan melas, iba, dan ingin tolong menolong, dimana kita dikasih nafsu, akal, pikiran dan fisik yang kuat, sehingga mereka yang punya harta akan memberikan hartanya, dan yang punya tenaga akan memberikan tenaganya termasuk waktunya. Ketika didasari dengan ikhlas maka keberkahan akan senantiasa diberikan kepada mereka para pejuang yang selalu memikirkan nasib orang lain, termasuk nasib keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H