Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makan di Warteg Aja Kena PSBB Saat Masih Tinggal di Jakarta

26 Mei 2020   19:07 Diperbarui: 26 Mei 2020   19:05 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warteg Bahari ( dok https://jakarta.tribunnews.com/)

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat ini sudah diterapkan di 10 wilayah di Indonesia sebagai bagian dari upaya pencegahan virus corona. PSBB berarti ada kebijakan pembatasan sosial, physical distancing lebih tegas, lebih disiplin dan lebih efektif lagi, bila perlu didampingi kebijakan darurat sipil.

Bagi yang ingin melihat secara detail silahkan lihat di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid-19).

Saat siang ditelpon sama salah satu pengusaha warteg yang usahanya di jakarta dan sekarang pulang kampung, sebut saja sam, dia mengatakan, di warungnya setelah ada PSBB maka ada larangan makan di dalam warungnya, kalaupun mau ya terpaksa suruh masuk di dalam warungnya, itupun sebenarnya melanggar aturan dari PSBB, tapi gimana lagi, orang yang mau makan ingin makan langsung dengan piring yang dikasih lauk pauk, bukan di bungkus. 

Saat PSBB makan diwarteg rata-rata dibungkus, artinya para pembeli ini langsung datang sebentar saja, kemudian langsung dibungkus sesuai dengan pesanan lauk pauknya, dan dibawa pulang bungkusan nasi tersebut, tentunya setelah lunas bayar. 

Kemudian ditaruh diplastik dan bawa pulang ke rumahnya, secara bisnis sebenarnya para pengusaha warteg merasa diuntungkan, karena tidak mikir untuk membasuh piring dan gelas, lebih berhemat dan harga juga bersahabat. Namun biasanya kalau makan ditempat, ada kalanya mereka nambah lauk pauk, kan yang untung pemilik warung, karena lauk pauknya bisa cepat habis. 

Selain warungnya juga kena kebijakan PSBB, saat dia membeli sayura mayur dipasar, juga beberapa ruas jalan juga banyak di tutup, jalan ini ditutup karena PSBB, bagi yang ingin lewat jalan ini, ikuti protokol kesehatan dan wajib lapor ke petugas, bagi orang yang biasa hidup di jakarta, pastinya tidak kesulitan mencari jalan alternatif jika jalan utama, jalan kesatu, kedua, dan ketiga ditutup, maka jalan alternatif atau dikenal dengan tikus harus dilewatinya, resiko jadi pengusaha warteg, dan saran dia jangan pakai mobil, lebih baik naik motor, karena mudah untuk mencari jalan alternatif saat beberapa jalan ditutup. 

Ketika ditanya, apakah mau mudik lagi, sementara nanti menunggu kebijakan lebih lanjut, karena jika kembali ke jakarta lagi, kebijakan sangat ketat di Jabodetabek, sementara dikampung halaman dulu, sambil istirahat dan memperbanyak silaturokhim di kampung halamannya. Saya kira PSBB berimbas bukan hanya ke para pedagang warteg saja, juga para gojek pun mengalami dampaknya, dan para pekerja yang diperusahaan, tidak berani pulang kampung khawatir kena resikio pekerjaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun