Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Unggah Ungguh Saat Lebaran

25 Mei 2020   11:56 Diperbarui: 25 Mei 2020   12:25 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia muda harus mendatangi orang yang sudah berumur karena dianggap mereka ini sepuh dan pinisepuh. wajar jika simbah, pak dhe, budhe ataupun buyut hanya ada di rumah saja sambil menunggu anak, ponakan, cucu, dan putu datang untuk meminta maaf lahir dan batin, adat jawa biasanya kalau tidak bawa jajan atau tali asih untuk sesepuh dan pinisepuh kurang pantas. Makanya kalau orang sudah di tuakan,maka bisa saja gula teh, biskuit dan ragamnya akan melimpah di atas meja, semakin banyak keluarganya, ya semakin banyak jajan biskuit dan minuman sirup yang didapat. 

Budaya ini melekat walaup tanpa di kasih lim kastol, atau lim glukol atau lim ban mobil atau motor, di lem dengan makna silaturokhim, mendapatkan nasehat dan ikatan batin semakin kuat apalagi jika itu satu bani,maka yang tua harus menceritakan silsilah keluarga yang masih hidup dan yang sudah mati, sehingga marga atau baninya tidak terputus, begitu besar makna silsilah keluarga yang erlu diketahui oleh sanak saudaranya. 

Mereka jadi tahu bagaimana unggah ungguh menyebutkan nama pak dhe, om atau paman, bulik, mas, mba, tante, dan ragam sebutan yang sesuai dengan garis keturunan yang afa. Bisa saja awalnya garis keturunannya tua, kemudian menikah dengan ada silsilah garis keturunan muda, maka nama panggilanmu akan berubah. 

Orang yang sudah berusia tua ini, punya pengalaman hidup yang lebih, mereka sudah makan garam banyak, wajar jika kemudian memberikan nasehat tentang kehidupan,nasehat tentang amaliyah dan ragam motivasi hidup. Pastinya semua nasehat yang disampaikan punya makna secara tersirat dan tersurat. 

Dok Travelingyuk.com
Dok Travelingyuk.com
Sebagai generasi muda harus menerima dengan lapang dada, terbuja dalam menerima nasehat darinya, dan suka membantah, atau menang sendiri,ambil saja nasehatnya dan kalau itu baik ya dijalankan motivasi yang diberikan. 

Mereka yang sepuh, pastinya pernah lihat kita saat masih bayi, dan saat itu usia mereka masih muda, sehingga tahu perkembangan usia kita, wajar jika mereka memberikan nasehat baiknya, bagi anda yang belajar dengan pendidikan lebih tinggi jangan sampai membantah gara-gara pak dhe anda itu sekolah tamatan SD/SMP, pengalaman hidup zamannya itu pastinya lebih pahit dibandingkan zaman sekarang ini. 

Misalkan saat mereka sekolah tidak ada yang menggunakan aplikasi android, sekolah harus berjalan jauh dengan medan yang berat, dan gurunya zaman dulu lebih galak tapi tujuannya baik mendidik anak biar patuh dan disiplin, sekarang saat ada upaya pembinaan salah saja, gurunya sudah dilaporkan tindak kekerasan terhadap anak dan ragam masalah sulitnya zaman itu. 

Unggah ungguh itu budaya Indonesia yang masih melekat dan harus di lestarikan, jangan sampai terkikis, sebagai generasi muda harus siap dengan tantangan industrialisasi 4.0 dan budaya yang bagus harus dirawat, baim itu adat dalam bergaul, dalam bergaul dengan sesama manusia dan adat dengan lingkungan sekitarnya. 

Penulis sangat menyadari, kalau di daerah perkotaan sudah terkontaminasi dengan unggah ungguh, hidup cuek dan egonya lebih tinggi dibandingkan mereka yang hidup diperkampungan, suruh kerja bakti saja atau poskamling lebih baik bayar orang, tapi dirinya tidak hadir, wajar jika kemudian para pencuri motor atau mobil lebih dominan dilakukan di area perkotaan, karena kalau mencuri di pedesaan sering gagal dan saat tertangkap mereka lebih babak belur bahkan banyak yang main hakim sendiri. 

Saat lebaran pun, mereka yang hidup dikota terkesan tidak begitu ramai, dominan ramai di pedesaan, ada mercon, ada rujak oleg, ada makan kupat bareng-bareng keluarga, mereka berkumpul bersama-sama karena keluarga mereka banyak hidup di pedesaan, hidup dikota lebih konsumtif dan cuek dengan kondisi ekonomi masing-masing, kalau ada masalah sedikit, tetangga tidak mau tahu, tapi kalau hidup di pedesaan, baru beli mobil baru aja hebohnya se kampung, belum lagi kalau ada persoalan negatif maka sangsi sosialnya lebih dahsyat di kampung daripada di kota. 

Menurut Frans Magnis Suseno, dalam bersosialisasi etika Jawa menanamkan dua kaidah, pertama disebut prinsip kerukunan dan yang kedua disebut prinsip hormat. Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat agar dalam keadaan harmonis.

Rukun yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana suasana ada dalam keadaan selaras, tenang dan tenteram tanpa ada konflik, bersatu dengan satu tujuan untuk saling membantu. Mereka berusaha tidak saling mengganggu
demi keselarasan. 

Dengan kata lain diharapkan bahwa prinsip ini diterapkan dalam segala bidang kehidupan. Suatu keutamaan yang sangat dihargai orang Jawa adalah kemampuan untuk mengatakan hal-hal yang tidak enak secara tidak langsung. Sikap ethok-ethok (pura-pura) nampaknya sangat berharga demi menutup aib, dengan harapan keselarasan dan menghindari terjadinya
konflik.

Selain diatas, dalam etika Jawa, F.M. Suseno mengutip pandangan Hildred Geertz, yang mengatakan bahwa sikap hormat itu tercapai melalui tiga perasaan yaitu wedi, isin dan sungkan. Ketiga sifat wedi (takut), isin (malu) dan sungkan (enggan) merupakan satu kesatuan sifat yang harus dimiliki oleh orang Jawa dalam menghadap kepada orang lain.

Dalam hal ini F.M. Suseno merumuskan ke dalam etika kebijaksanaan Jawa yang mengutamakan rasa, sebab menurut kesadaran Jawa, bertindak sesuai dengan norma-norma moral bukanlah perkara kehendak, melainkan pengertian. Siapa yang berhasil mengambil jarak terhadap unsur-unsur lahiriah dan menenangkan batinnya, ia telah mencapai rasa yang benar, dan dengan sendirinya akan bertindak benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun