Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

7,7 Miliar Penduduk di Dunia Hidup di Bumi

22 April 2020   16:23 Diperbarui: 22 April 2020   16:39 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir delapan milyar Penduduk Dunia menggantungkan hidupnya di bumi ini. Usia bumi sudah sangat lama sekitar 4,543 miliar tahun, sudah sangatlah tua, dan mesti terjadi perubahan alih fungsi tiap bulannya, dari tadinya hutan, berubah menjadi lahan pertanian, kemudian tanah yang tadinya sawah berubah menjadi pemukiman, dibuktikan dengan padatnya populasi penduduk yang setiap hari selalu bertambah, dan berkurang.

Bertambahnya penduduk karena ada kelahiran, berkurangnya penduduk karena setiap hari ada yang meninggal, baik meninggal karena sakit, kecelakaan, maupun bencana atau bahkan meninggal dunia karena sudah usia kontrak dengan pemilik makhluk ini. 

Migrasi manusia sangatlah cepat, dulu saat belum ada pesawat, migrasi penduduk mungkin butuh waktu yang lumayan lama, dari transportasi kapal laut harus berpindah dari satu benua satu ke benua yang lain. Namun seiring perkembangan teknologi dan sarana transportasi yang memudahkan, menjadikan seseorang bisa saja bepergian dalam sehari dari satu negara ke negara selanjutnya. 

Bayangka  saja, dulu saat orang tua kita pergi naik haji, butuh waktu beberapa bulan lamanya, dengan naik kapal laut, dan harus kena angin laut yang sedemikian hebatnya, belum lagi goncangan air laut pasang dan lainnya sangatlah kentara, belum lagi saat mendarat di tanah saudi arabia, mereka tidak naik kendaraan super cepat sekarang ini, dibantu hanya dengan onta sebagai kendaraan untuk berangkat dari madinah ke mekah. 

Bagaimana sekarang hutan yang dulu begitu lebat, jika kita naik ke dataran tinggi di pegunungan yang aktif, hawa dingin dan sejuk menyelimuti badan kita ini, bahkan saat malam hari, bukan hanya air pegunungan yang sangat dingin, tak kuasa untuk mandi saat masuk jelang sore, dinginnya minta ampun. 

Suara burung berkicau sangat indah, air pegunungan juga tersedia dengan sumber yang melimpah, namun seiring perkembangan zaman, hulu dirubah dengan digunduli, hawa dingin di puncak gunung sudah tidak terada, kerusakan hutan dimana-mana, hutan yang tadinya lebat berubah fungsinya untuk ditebang dan kayunya dijual untuk kepentingan tertentu, menyebabkan bumi semakin tidak berimbang.

Lapisan ozon semakin menipis ditandai earna langit yang tidak biru lagi, karena kota banyak yang ingin jadi kota industri, agar lapangan pekerjaan manusia semakin banyak, namun polusi semakin sulit terkendalikan. 

Saat dulu nyebrang jalan raya begitu muda, sekarang tiap menit ada saja pengguna jalan baik motor maupun mobil hilir mudik di jalan, jika tidak ada polisi dan lampu merah atau zebra cross rasanya sulit untuk menyebrang jalan, benar-benar sudah tua nih umur bumi kita. 

Mengutip di katadata.co.id disebutkan, Worldometers mencatat jumlah penduduk dunia pada 2019 mencapai 7,7 miliar jiwa. Angka tersebut tumbuh 1,08% dari 2018 yang sebesar 7,6 miliar jiwa. Selama sepuluh tahun terakhir, jumlah penduduk dunia meningkat stabil dengan kisaran pertumbuhan 1-1,2% per tahun.

Meskipun jumlah penduduk dunia selalu meningkat, data pertumbuhan penduduk dunia menunjukkan tren melambat. Pada 2050 diproyeksikan pertumbuhan penduduk dunia hanya sebesar 0,53%. Tapi ingat jika bonus demografi tidak ditangani dengan benar maka menjadi beban ganda bagi daerah tersebut. 

Kita coba hitung berapa kerugian saat bumi ini sudah berubah fungsi, lahan dari produktif berupa ke jalan tol, berubah ke sektor perumahan, belum lagi abrasi dan intrusi ait laut yang kian bertambah, banyak tanah desa atau tanah warga di daerah pesisir laut yang hilang atau ada juga yang tanah timbul muncul karena gerusan abrasi dan intrusi air laut. 

Saat hujan tiba dan sangat lebat, sungai sudah tidak bisa menampung hulu dan hilir air dari hujan yang mengalir, dulu era 80an sungai masih banyak ikannya, karena pengaruh pestisida kimiawi akhirnya sudah mulai mati makhluk di bumi ini, populasi ikan tawar semakin menipis, termasuk stok ikan di laut juga semakin menipis. 

Belum lagi bagaimana manusia ini mengelola alam ini dengan srakah, misalnya membuat batu bata, kemudian setia hari berapa ratus juta batu bata yang dibuat oleh manusia itu untuk digunakan sebagai bahan bangunan rumah atau gedung perkantoran, jika saja bahan kayu bisa dijadikan atap rumah dengan tidak dirubah dalam kebijakan baja ringan, maka berapa juta hektar tanah negara terutama dari hasil hutan itu akan habis. 

Semoga dengan hari bumi dimana kita berpijak ini manusia tidak srakah dalam memanfaatkan potensi yang ada. Tidak mungkin mengembalikan proses yang sama, seiring hari pasti akan berubah, tongkat estafet ke depan adalah generasi yang akan datang, berikan mereka warisan ilmu yang baik, menjadi generasi yang berkualitas, bukan generasi yang dhoif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun