Salam kompasianer Indonesia,Â
Sejenak saja kita membaca untuk perubahan perilaku...Â
Kali ini penulis mencoba untuk bercerita dengan mengulas bagaimana pentingnya seorang fasilitator dalam memandu kegiatan acara untuk perubahan sikap positif kelompok.
Seorang filitator pemberdayaan ambil contoh fasilitator Kesehatan atau misalnya seorang Pendamping PKH dipastikan selalu mendapatkan energi positip dari sebuah aktivitas pendampingannya, termasuk saat mereka mengajarkan ilmunya dalam sebuah pertemuan.
Contoh misalnya AA, BU, Her salah satu anggota Kombes Brebes ini, saat menyampaikan topik masalah ASI saja, Ibu-Ibu langsung tersenyum lebar, apalagi kalau sudah ke topik ke dalam lagi bagaimana perbedaan Menyusu dan Menyusui, namun kebiasaan awal, dilakukan Ice Breaking, mari kita coba nyanyi lagu ini agar suasana belajar bersama semakin menyenangkan, setuju ibu-ibu, dijawab dengan penuh semangat setuju......
Lagu ini berjudul " ASI atau Air Susu Ibu"Â
Payudara Besar, Payudara Kecil,
Tak Ada Bedanya, Semua pasti ASI
Hisap-Hisap-Hisap yang Dalam 3x
Asi Pasti Keluar.
Pada lagu ini seorang fasilitator menyampaikan filosofi makna yang ada dari teks itu, tentunya ibu-ibu semakin semangat, apalagi yang membawakan lagu misalkan seorang pendamping PKH yang masih ganteng dan energik. Malah Ibu-Ibunya kadang-kadang nanya, Fasilitatornya itu masih pejaka tinting apa ada yang sudah punya, sambil berceletuk... terus tersenyum lebar.Â
ternyata seorang fasilitator harus bisa memberi pujian kepada peserta hika hasil kerjanya baik dan memuaskan, termasuk saat mengelola pelatihan misalnya seorang fasilitator harus bisa membuat sebuah perencanaan pelatihan, menyiapkan kebutuhan dan memastikan waktu pelatihan itu efektif dan efisien, termasuk memastikan agar warga belajarnya itu paham akan ilmu yang diajarkan dan terjadi perubahan perilaku.
Karena fasilitator tidak diperbolehkan untuk menyalahkan peserta, lewat pendidikan orang dewasa, dinamisasi kelompok menjadi kuat tentunya karena ada transgfer energy positip yang bisa membikin terbangun, hasilnya ada perubahan sikap pada anggota kelompok yaitu aku tahu, aku mau dan melakukan. Bahkan saat datangpun dia bersikap, aku datang untuk hadir dan melakukan.Â
Apalagi jika fasilitator selalu membikin hidup suasana dalam proses belajar mengajarnya, menguasai teknik fasilitasi dan menguasai keilmuan yang diajarkan termasuk menguasai cara menghubungkan ilmu satu dengan ilmu yang lain, maka sehari pembelajaran pun tidak akan terasa bahwa mereka sebenarnya sedang belajar karena tekniknya tidak monoton.