Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polemik Ekspor Ganja, Rafly pun "Disemprit" oleh Petinggi Partainya

8 Februari 2020   08:08 Diperbarui: 8 Februari 2020   08:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pro dan Kontra persoalan ekspor ganja, apalagi ketika ada anggota parlemen yang menyatakan usulan untuk ekspor Ganja, ini menjadi sesuatu menarik, kenapa Rafly bisa berani mengatakan di Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan soal kemungkinan regulasi tanaman ganja agar bisa diekspor untuk kebutuhan farmasi atau obat, padahal secara jelas bahwa partai PKS ini adalah partai yang berkomitmen menolak secara tegas peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dan Ganja ini adalah Narkotika Golongan satu. 

Wajar saja Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini langsung menyatakan sikapnya melalui pernyataan publik melalui siaran pers, dilangsir pada portal duta.co disebutkan pak Rafly sebagai pribadi anggota DPR namun tidak mewakili sikap PKS, kedua Pak Rafly itu telah menimbulkan polemik yang kontraproduktif, sehingga perlu diluruskan dan dikoreksi, apalagi telah menimbulkan salah paham dan framing terhadap PKS. 

Ketiga Fraksi PKS tegas menyatakan tidak ada toleransi bagi peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Keempat, Pak Rafly harus meminta maaf kepada publik.

Mudhorot dan Kegaduhan

Sesuatu yang mudhorot menurut pendapat ulama terkait ganja mestinya menjadi bahan renungan dan introspeksi bagi kita semua, bahwa Narkoba jenis ganja itu jelas telah menimbulkan efek negatif, kalaupun di ekspor, berarti kita telah mendapatkan income dari sesuatu pendapatan yang bertentangan dengan syariat agama, sisi yang lain jika ada ekspor ganja secara tidak langsung telah melegalkan para petani untuk menanam tanaman ini, bisa-bisa nanti di budidayakan secara masal.

Wah bisa berdampak pada generasi yang akan datang, harusnya menjadi generasi yang cerdas, ceria, dan berakhlaqul karimah, nanti jadi generasi yang dhoif dan bisa-bisa ngeplay sewaktu-waktu karena tersedia produk ganja yang sudah diproses menjadi produk bisnis. 

Pejabat publik ataupun petinggi partai dan para tokoh nasional yang memiliki pengaruh dalam perubahan kebijakan, jangan bikin gaduh dalam beropini, lebih baik saat menyatakan statemen atau opininya untuk dipikirkan secara masak-masak, sangat berdampak luas, manakalah pernyataan ini menjadikan polemik yang berkepanjangan, apalagi era digitalisasi sangatlah cepat dan meluas. 

Kita tidak bisa memprediksi bahwa statemen sederhana berubah menjadi statemen yang begitu bombastis hingga jadi viral. Inilah pentingnya etika dan gaya komunikasi bagi setiap tokoh untuk tidak memberikan kegaduhan dalam berkomentar ke publik. 

Para nitizen sekarang ini kreatif dan produktif, seiring dengan perkembangan era digitalisasi, belum lagi jika opini yang disampaikan terpublish di berbagai saluran media cetak, online dan medsos, wah semakin memperkeruh suasana yang ada, tadinya orang tidak paham, menjadi paham, tadinya orang tidak tahu akhirnya menyimpulkan atas kegaduhan itu dengan gaya dan pandangannya sendiri, akan berdampak pada kualitas dan lembaga dimana mereka berada. Sudah saatnya para tokoh ini dalam menyatakan statemen publiknya dengan arif dan bijaksana. 

Mengedepankan citra bangsa yaitu hidup damai, toleransi, patuh terhadap ulama dan umaro, tawadhu dengan para ahli ilmu dan keputusan negara yang berdampak positip pada kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun