Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UMKM Naik Kelas, Bisakah atau Hanya Simbol?

3 Januari 2020   10:12 Diperbarui: 3 Januari 2020   10:24 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) begitu masyarakat Indonesia mengenalnya dalam berusaha. Pelaku UMKM disebut sebagai pengusaha dengan kategori ada yang mikro, kecil dan menengah.

Usaha ini semakin menjamur dan paling bertahan walau dengan gejolak enomoni yang maha dasyat. Kebijakan politik ataupun kebijakan yang tidak pro UMKM, bagi para pelaku usaha kecil masih tetap tampil, walaupun disana sini kadang lesu ladang juga menggeliat. 

Kompetitor usaha yang dijalani oleh mereka juga sangat bervariatif, dipastikan jika kab/kotanya pro UMKM maka akan nampak sekali menjamurnya bisnis usaha kecil ini. Terlebih lagi sekarang dengan munculnya beberapa kab/kota yang ro investasi, maka akan muncul bisnis baru disekitar lokasi yang akan beroperasi.

Bahkan sejumlah kampus negeri yang berdiri, sekarang sudah menjamur usaha kecil menengah, dari mulai pedagang kelontong, laundry, jasa pengetikan, rental, jual alat tulis kantor, cafe, angkringan termasuk warung makan dan catering online lewat order digital. 

Contoh yang kentara saja di kampus Unsoed Banyumas Purwokerto, usaha laundry semakin menjamur, dulu layanan tidak via online, sekarang dengan fasilitas ada medsos atau digital, cukup lewat pesan saja, langsung antar jemput baju kotor dan kemudian dicuci dan disetrika lalu di berikan kembali, dari bau apek/kotor sudah bau wangi, cukup merogoh kocek per kilo tanpa harus bayar pajak. 

Berbeda dengan laundry di hotel, karena di hotel terkena pajak oleh pemerintah, sehingga harga laundry sedikit mahal dibandingkan dengan pelaku laundry yang usahanya perumahan. Secara diuntungkan adalah pemakai jasa tersebut. 

Pegiat UMKM Nasional Cak samsul hadi memberikan 3 jurus jitu bagi UMKM yang akan naik kelas, pertama Go Modern, menitikberatkan pada sikap mental dan prilaku berwirausaha.

Tidak hanya mengikuti tren yang sedang marak. Namun pelaku usaha harus bisa berperan dalam perkembangan dunia saat ini.

Kedua Go Digital, optimalisasi teknologi khususnya teknologi informasi guna mendukung promosi dan pemasaran produk.

Ketiga Go Global, artinya UMKM baik pelaku maupun produknya harus siap masuk ke pasar global. Yang juga berarti UMKM harus siap bersaing dengan pelaku usaha dari luar negeri secara langsung.

Bagaimana dengan tantangan naik kelas?

Setiap orang yang belajar apapun dipastikan ingin naik kelas, disekolahpun mereka yang menerima pembelajaran pendidikan juga ingin naik kelas tapi tidak instan, sebagai mahasiswa pun di kampus juga ingin naik kelas dengan predikat sangat memuaskan. Begitu pula dengan di sektor UMKM, mereka juga ingin naik kelas dan sukses dalam bisnisnya. 

Tapi pastinya untuk bisa menuju ke kelas yang diinginkan dengan predikat yang sedikit bagus maka mereka harus giat, ulet, kerja keras dan tanggungjawab. Termasuk harus menguasai teknologi sesuai dengan era zamannya. Jika tidak menyesuaikan dengan gaya perkembangan maka akan tergerus dengan sendirinya. 

Naik kelas jangan instan, ketika ada masalah kecil segera dicarikan alternatif solusinya, ketika belum siap untuk menghadapi gerusan teknologi yang serba modern atau digital, maka setiap elaku usaha juga harus meningkatkan kapasitasnya dengan para pakar yang berkompeten, jangan malu bertanya dan jangan pelit untuk membayar jasa kepada para pemberi ilmu yang akan memberikannya, termasuk saat mereka mendampinginya, maka hak dan kewajiban pelaku usaha harus mentaati aturan yang ada. 

Seorang pengusaha juga harus mau dan mampu membidik pasar yang tepat, waktu yang tepat dan modal yang kuat, termasuk membangun jejaring kemitraan yang kuat, kenapa demikian, karena kompetitor usaha kita dipastikan akan ditiru dan dimodifikasi oleh mereka, sehingga produk yang kita hasilkan juga harus memiliki keunggulan yang komparatif dan keunggulan yang komptitif.

Bagus lagi jika produk yang kita miliki diberikan merk dan didaftarkan sebagai hak merk kita, sehingga jika ada yang meniru atau memalsukan produk kita mereka bisa digugat atau kena sangsi atas pemalsuan produk. 

Jangan mudah terlena disaat anda sudah maju, tetap perbaiki kualitas produk dan berikan jaminan atas produk tersebut misalnya produk sehat, hygenis dan halal. Bila perlu diversifikasi produk lagi dan pertahankan kualitasnya. 

Prinsip dasar ulet, kerjakeras, mudah bergaul, komunikatif menjadi modal utama bagi para pelaku usaha kecil menengah ini, agar naik kelas tidak jadi simbol, maka setiap mereka yang berinteraksi dengan dunia UMKM ini harus selalu optimis dan tidak skeptis, kegagalan usaha itu adalah cambuk awal, jangan mudah menyerah, setiap kegagalan yang ada, biasanya menjadi guru bagi kita untuk tidak mengulangi dikesalahan yang sama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun