Tidak ada beras, pengganti bisa dengan mengkonsumsi Ganyong, selain memiliki kandungan karbohidrat, juga kalsium dan fosfor yang tinggi. Saat anda berada di kampung pedesaan maka mencari tanaman jenis ini sangatlah mudah, selain mudah di rawat di pekarangan atau dengan memanfaatkan lahan perhutani dengan menanam ganyong.Â
Umbinya bisa untuk dijadikan tepung dan bagus untuk konsumsi bayi agar cepat tumbuh giginya, termasuk untuk pertumbuhan gigi. Bagi orang tua yang lansia tanaman ganyong ini sangat membantu, karena mereka yang mengalami diabetes atau sakit maag maka disarankan mengkonsumsi ganyong yang direbus. Tanaman ini juga bisa untuk dijadikan bahan roti. Namun karena masyarakat pedesaan paham ganyong cuma di rebus ya akhirnya dinikmati dengan secangkir minuman dan ganyong di dalam piring sebagai pengganti makan nasi.
Dulu simbahku dan pak dheku rutin mengkonsumsi makanan ini saat masih hidupnya, aku coba berselancar di kajian ilmiah dan penelitian, ternyata ganyong kaya nutrisi, wajar saja walaupun simbah jarang makan nasi tapi konsumsi ganyong, fisiknya tetap sehat bugar waktu masih sehatnya, jarang sakit karena dominan untuk konsumsi umbi-umbian.Â
Tiada hari tanpa konsumsi umbi-umbian, begitu rutinitas simbah dan pak dhe ku selama hidupnya, beli umbi-umbian di pasar desa satu kwintal untuk stok makanan hariannya, cukup direbus sampai matang, zaman itu pakai bahan bakar kayu yang sudah kering untuk merebus ganyong.Â
Di era generasi selanjutnya, saya belum melihat ganyong sebagai pengganti makanan selain nasi. Saatnya generasi muda untuk mengetahui kalau daun ganyong bisa untuk sayuran dan umbinya untuk dikonsumsi minimal pernah mencicipinya. Jangan dikenalkan saka dengan produk modern saja, tapi kembali ke produk pedesaan seperti ganyong ini sangatlah tepat.Â
Sudahkan anak anda diberikan pemahaman tentang jenis umbi yang bisa direbus dan dikomsumsi dan apa kandungan umbi tersebut bagi kesehatan kita, saatnya untuk dicoba dan dipraktekkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H