1300 suku bangsa yang tersebar di seluruh provinsi, dan banyak bahasa yang dimilikinya, agama yang pilih sesuai keyakinannya, semuanya memilih hidup damai, tanpa kekerasan dan permusuhan, satu kata Indonesia bersatu, gotongroyong dan saling menghormati dan menghargai.Â
Hasut atau adu domba menjadi penyakit yang sulit untuk di kendalikan, apalagi kalau sudah ada wilayah ini adalah kekuasanku, bentuk kesombongan yang perlu di obati dengan rasa cinta tanah air dan tidak berbuat semena-mena kepada orang lain.Â
Saatnya akhlaq dan budi pekerti perlu di galakan, Nusantara ini harus kuat, harus selalu jaga persatuan dan kesatuan sesuai amanat konstitusi negara ini. Sudah cukup jelas bahwa persatuan Indonesia menjadi modal kuat dan jangan sekali-kali mereka yang menghuninya melakukan upaya memecah belah. Tak ada gunanya hidup dengan perang, saling boikot antar daerah apalagi melakukan upaya makar terhadap negeri ini.Â
Kerusakan yang terjadi antar daerah yang dulu pernah terjadi, harus menjadi pijakan bagi generasi kita untuk tidak mengulang konflik amtar suku. Sangat berbahaya bila kemudian ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan konflik antar suku, itu bukan tipe orang Indonesia, orang Indonesia itu adalah umat yang rukun, beradab dan selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.Â
Jaga persatuan dan kesatuan adalah wujud rahmah. Â Persatuan, baik dalam lingkup umat Islam dan umat manusia akan mewujudkan kekuatan tak tertandingi. Namun, kekuatan tersebut juga harus disertai ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang luas sehingga selaras dengan ajaran atau syariat Islam. Prinsip-prinsip inilah yang terus dipegang oleh pendiri NU KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Nilai-nilai universal Islam menjadi sesuatu yang fundamental dalam melakukan setiap perjuangan.
Mengutip di nu online pesan yang ditulis oleh KH Hasyim Asy'ari kepada para ulama pesantren di Jawa dan Madura tentang pentingnya persatuan ialah:
"Perkokoh persatuan kita, karena orang lain juga memperkokoh persatuan mereka. Kadang-kadang suatu kebatilan mencapai kemenangan disebakan mereka bersatu dan terorganisasi. Sebaliknya, kadang-kadang yang benar menjadi lemah dan terkalahkan lantaran bercerai-berai dan bersengketa." (KH Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-orang dari Pesantren, LKiS, 2001)
Belum lagi di kutip dari Voa, disampaikan oleh Paus Fransiskus menyerukan persatuan yang lebih besar antara para penganut Katolik dan ajaran-ajaran Kristen lainnya dalam kunjungan satu hari ke Jenewa, Kamis (21/6).
Bahkan ajaran agama Budha pun telah dijelaskan tentang persatuan, sebagai contoh Kerukunan dalam kelompok memberikan kebahagiaan."(Dhammpada 194) dan Babi-babi hutan yang bersatu bahkan mampu membunuh harimau, karena batinnya berpadu."(Anguttara Nikaya)Â
Jadi perbedaan yang ada harus dijadikan modal kuat untuk bersatu, bagaimana para penjajah saat zaman sebelum proklamasi dan setelah proklamasi, ada negara RIS, ada juga kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di nusantara ini, dengan mudah digoncangkan, karena mereka diadu domba oleh sekelompok tertentu yang ingin merebut kekuasaan. Mari sebagai generasi yang maju dan ditugaskan untuk meneruskan estafet negara untuk saling jaga persatuan dan selalu menjunjung budi pekerti yang baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H