Simbol kaki di layanan publik menunjukkan penyelenggara atau pengambil kebijakan itu SDMnya Unggul, artinya bisa menunjukkan perumpamaan sebuah layanan publik yang unggul, karena bisa membedakan mana toilet pria, perempuan dan disabilitas.Â
Jika tidak dikasih gambar simbol kursi roda,maka dapat dibayangkan betapa termarginalnya hak mereka yang disabilitas tidak terpenuhi.Â
Makanya sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah, dunia usaha, maupun tempat umum atau tempat peribadatan untuk memperhatikan hak para disabilitas.
Walaupun mereka minoritas, namun tidak ada manusia di dunia ini yang saat dilahirkan atau sudah dilahirkan kemudian mengalami disabilitas, semua pasti ingin tumbuh dan berkembang normal.Â
Wajar saja bagi mereka yang hidup normal dan mendapatkan kekuasaan untuk merubah kebijakan untuk memperhatikan layanan publik ini yakni menyediakan toilet khusus disabilitas, dimana di dalamnya sudah didesain yang ramah drngan disabilitas.Â
Bayangkan saja di ssbuah hotel, lalu toiletnya minimalis, sedangkan mereka yang disabilitas ini menggunakan kursi roda, petugas hotel pun bingung jika tiba-tiba ada kaum disabilitas ingin BAB dan BAK, apalagi kalau tempatnya tidak nyaman dan terlihat jorok.Â
Kesan anda terhadap toilet bersih dan kumuh atau kotor jelas akan berbeda, jika kumuh, mau pipis saja sudah mau muntah, sudah bahu, jorok dan kotor lagi, harusnya mau pipis akhirnya tidak jadi. Kok ada ya pengusaha semisal SPBU tidak mau merawat toiletnya, padahal kalau di rawat bisa mendatangkan untung yang lumayan.
Pernah penulis datang di salah satu SPBU di wilayah Kabupaten semarang, karena sudah tidak tahan ingin BAK di toilet maka masuk ke SPBU tidak perhitungan, menurutku kalau SPBU kan ada petugas yang jaga, maklum hidupnya di jalur pantura dan hampir mayoritas SPBu ada petugas yang dibayar, bahkan ada juga bermitra dengan orang tasik, dengan sistem bagi hasil.Â
Uang yang diterima sela satu bulan di bagi untung. Sehingga perawatan, ketersediaan air dan selalu dibersihkan setiap waktu, menjadikan nyaman bagi mereka yang ingin menggunakannya.Â
Saat itu penulis beserta rombongan masuk, saat di buka pintu toiletnya, tak terbayangkan di dalamnya tidak ada air, ada bekas kotoran manusia dan bahunya minta ampun, seperti inikah kondisi SPBU, kok jorok sekali, dalam benakku, kok ada yah pengusaha bisa begitu dalam mencari bisnis, untung tidak di publikasi ke media sosial sebagai efek jera.Â
Kembali ke simbol dan budaya masyarakat yang terkadang dirumahnya tidak punya jamban sehat, punya rumah bagus tapi tidak punya jamban, ini artinya SDM penghuni rumah tersebut jelas belum unggul, apalagi tahu yang dinamakan rumah sehat, tapi kenapa perilakunya tidak sehat.Â
Dibeberapa kab/kota kepemilikan jamban sehat tidak ada yang 100 persen, masih menyisakan masalah dengan sebagian warga belum punya jamban sehat.Â
Warga yang SDMnya unggul jelas memiliki jamban sehat sangatlah penting, disamping tidak menimbulkan penyakit bagi orang lain, bikin kita nyaman saat mau mengeluarkan kotoran. Apalagi aurat tidak di umbar. Sedih rasanya jika ada warga yang punya rumah tapi lupa tidak memiliki jamban.Â
Semoga kebijakan bagi penyedia jasa yang bersifat umum seperti halnya fasilitas jalan, toilet umum, tempat peribadatan dll memperhatikan kaum disabilitas tsrmasuk tidak ada warga Indonesia yang BAB sembarangan, hari gini belum punya jamban,wah bisa jadi ciri atuh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H