Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Gemar Membaca Harus Dibangkitkan

7 Agustus 2019   07:28 Diperbarui: 7 Agustus 2019   07:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dirilis di kompas.com bahwa Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku.

Hal itu diungkapkan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK)  Puan Maharani di gedung  Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (26/3/2018).

"Itu berdasarkan hasil penelitian  perpustakaan nasional tahun 2017," kata Puan.

Hasil penelitian itu pun menunjukkan bahwa minat baca masyarakat masih rendah dan perlu ditingkatkan. Caranya, dengan memfasilitasi kebutuhan buku masyarakat.

Perlu Gerakan Gemar Membaca

Apa yang disampaikan oleh Puan Maharani terkait minat baca masyarakat Indonesia, ini artinya kab/kota harus mulai berbenah, keberadaan Dinas Arsip dan Perpustakaan memiliki peran yang strategis.

Bagaimana akan maksimal, jika fasilitas kebutuhan buku masyarakat kurang, mobil perpustakaan dalam kondisi mesin lama, saat melayani warga atau anak-anak dalam membaca mengalami kerusakan karena medan alam yang tidak memungkinkan jika dilalui, belum lagi fasilitas perpustakaan yang masih belum memadai. 

Selain itu, para relawan TBM atau taman baca masyarakat juga belum ditumbuhkan, sisi yang lain jika ada warga yang berminat untuk mengakses bantuan buku gratis sangat susah, disisi yang lain, animo warga untuk datang dan mau pinjam buku juga rendah apalagi mau beli buku bacaan di toko buku atau buku bekas. 

Saat mahasiswa era 90an, beli buku bekas atau baru sepertinya wajib, mahasiswa diminta untuk mencari referensi buku baru di kampusnya atau kampus orang lain.

Bahkan saat itu penulis harus pergi ke perpustakaan kampus negeri untuk mencari referensi skripai, pustaka ilmu sesuai dengan judul dan harus disediakan saat ujian skripsi, semua referensi sudah disiapkan. 

Sebulan kurang lebih 5 sampai dengan 10 buku penulis beli, dengan harapan menjadi koleksi pustaka nantinya dan bisa dibaca sewaktu-waktu saat sedang santai, tiap jam kosong mata kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun