Kumpulan meme tuman jadi viral di sejumlah group WA, mereka sengaja mengedit dan merubah kata-kata awal. Sehingga meme tuman semakin berkembang dan viral.
Gambar diatas, ingin diet malah makan terus, terus kapan kurusnya, tuman ? Ini artinya bagi para obesitas maka sudah mulai untuk diet, biar badan tidak terlalu gemuk, nantinya akan sulit jika ingin kurus, olahraga yang cukup dan tidak berlebihan dalam konsumsi makannya apalagi yang mengandung lemak.
Di WA Group Kompasianer Brebes saja dibuat kata-kata tuman, terutama bagi mereka yang jarang menulis artikel di kompasiana. Seperti contoh di bawah ini
Dalam kamus Bahasa Indonesia kata Tumon artinya tu*man a menjadi biasa (suka, gemar, dsb) sesudah merasai senangnya, enaknya, dsb: agar tidak -- berbuat begitu, hajarlah ia kalau kebetulan ketahuan sedang berbuat.Â
Kata-kata ini tidaklah asing ditelinga warga yang berbahasa ngapak dan banyumasan, karena tuman itu biasa disebutkan oleh orang yang melakukan pekerjaan terus tidak cepat dikerjakan, contohnya " tuman ka,wong nyambeed gawe di ende-ende, maksudnya jangan suka menunda-nunda pekerjaan".
Diartikata.simomot.com juga ada penjelasan terkait tuman, berikut ini adalah penjelasan dan arti kata Tuman :
1. Tuman
Kepala batu.. gak bisa dibilangin
Tuman lw kalo dibilangin..
2. Tuman
Terbiasa melakukan berkali-kali
Memang tuman, sudah dibilang tidak berubah
Seperti itu penjelasan definisi sebenarnya dari kata Tuman. Kami harap definisi ini dapat membantu anda dalam membaca kalimat yang mengandung kata Tuman.
Kritik Buat Gambar Meme Tuman
Beberapa gambar yang beredar di tuman sebenarnya kalau dilihat dari kacamata pemerhati perlindungan anak, ini tidak baik, pasalnya tidak mendidik, khawatir nanti anak banyak yang melihat dan dianggap hal yang biasa, dilarang keras melakukan kekerasan psikis atau fisik kepada anak sebagai generasi penerus bangsa.Â
Kalau anak anda susah diatur, maka jangan dengan menggunakan jalan kekerasan, dekatilah dan perhatikan serta awasi dengan baik, bisa terjadi anak anda ingin mendapatkan kasih sayang tapi keduaorangtuanya tidak paham apa yang diinginkan anaknya.Â
Ayo semangat menulis, kompasiana untuk semua. Ikatlah ilmu dengan menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H