Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Mengeluh, Lebih Baik Bersyukur

27 Februari 2019   08:07 Diperbarui: 27 Februari 2019   09:43 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Kompasiana, 

Sahabat kompasiana, kali ini tulisanku terinspirasi dengan status FB Prof. Saratri, yakni terkait motivasi hidup. Dikatakan Prof. Saratri dalam status di media sosialnya, Ada seorang teman pengusaha RM di pantura yang mengeluh. Dulu saya bisa untung 3 juta per hari. Kini kami bangkrut. Ia kelihatan depresi.

Saya bilang. Kamu depresi karena cara berfikirmu kebalik. Mestinya kamu bersyukur. Setidaknya dalam hidupmu pernah diberi rezeki oleh Allah sebesar itu dan tidak setiap orang mendapatkannya. Kamu persis seperti teman yang mengeluh telah digeser jabatannya sehingga cara berfikirnya seperti sampeyan.

Setelah saya "nasehati" syukur ia bangkit lagi. Pelajaran hidup : banyak orang yang tidak bersyukur di masa jayanya dan melupakannya. Yang disesali hanya "kegagalannya". 

Benar adanya, kalau kita selalu mengeluh maka hidup ini tak terasa bermakna, dianggap sang maha pencipta ini tidak adil kepada makhluk yang diciptakan. Padahal sebaliknya, saat kita selalu semangat dalam menjalankan hidup ini, bisa tawadhu dan tidak sombong maka akan terasa hidup ini. Apalagi tidak melakukan hasut kepada orang lain, maka terasa penuh makna dan waktu yang berputar ini bisa dibagi untuk menjalani ibadah, berbagai ilmu dengan orang lain dan bida beramar ma'ruf nahi mungkar. 

Mengeluh memang bisa terjadi kepada siapapun dan dimanapun, jika tidam bida di kendalilan maka depresi akan muncul, saat depresi berat tidak segera di kendalikan oleh seseorang maka akan muncul gangguan kejiwaan, dan untuk mengembalikan normal kembali butuh waktu yang lumayan lama, berbahagialah bagi anda yang hidupnya selalu relaksasi dan menikmati hidup dengan sabar, ikhlas dan penuh tanggung jawab. 

Banyak orang memiliki jabatan dam harta yang berlimpah lupa dengan mendatangi majlis taklim, alasan sibuk selalu melekat di dalam benaknya, rasa letih akan terbawa saat mau mendekati majlis ilmu para ulama, sehingga lama kelamaan mereka akan terkikis ilmu pengetahuan agamanya dan yang terjadi lupa akan nikmat yang diberikan dan dalam bersikap pun sudah terkikis dengan sentuhan hati, kekuasaan menjadi senjata utamanya dan menghalalkan segala cara, padahal uaya menuju target kekuasaan harus sikut sana sikit sini, dianggap lumrah baginya. 

Mereka akan sadar ketika ujian hidupnya diberikan oleh Allah SWT berupa sakit yang tidak sembuh-sembuh atau ada keluarganya yang silih berganti kena musibah. Mereka sadar saat ujian tiba, dan tidak segera bersyukur atau mengingkarinya maka nasibnya semakin terpuruk. 

Sahabat, bila anda masih diberikan kesempatan dalam hidup ini untuk bisa mendarmakan ilmunya dan beraktivitas sosial dengan baik maka harus di syukuri, apalagi jika punya harta melimpah dan bisa melakukan sedekah kepada orang lain, maka disitulah makna hidup yang sesungguhnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun