Embun pagi sahabat, Di setiap tangan kita ada penunjuk jalan yang akan mengantarkan kita ke surga atau ke neraka. Gapailah prestasi melalui menuntut ilmu jangan malas belajar nanti rugi dikemudian hari.Â
Inspirasi tulisan pagi ini adalah saat penulis membaca status Prof. Dr. Anton Satria Prabuwono, seorang pakar robotik dunia warga negara Indonesia berkelahiran di Brebes Jawa Tengah. Sekarang menjadi salah satu Profesor yang mengajar di Universitas milik Saudi Arabia.Â
Dalam statusnya tertulis " Minggu yang lalu ke Mekkah mengunjungi sanak saudara yang sedang menunaikan ibadah umrah. Sesampainya di lokasi, jalanan menuju Masjid al Haram penuh sesak berpapasan dengan para jamaah yang baru menyelesaikan sholat Dzuhur.
Terharu dan tertegun, "Masya Allah, ribuan manusia datang beribadah dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Masjid ini. Sedangkan kami, Alhamdulillah, diberi kemudahan datang ke Masjid ini dari tempat tinggal kami sekarang mengemudi kendaraan bersama keluarga bahkan sempat sarapan di Jeddah. Allahu Akbar."
Maka seluruh pengorbangan, susah payah, perjuangan dan jatuh bangun yang pernah dilalui selama hidup termasuk waktu studi dari Sarjana sampai Doktor hilang seketika.Â
Bahwa lebih dari separuh umur ini digunakan untuk belajar dan menuntut ilmu, bahkan sampai sekarang pun masih terus belajar. Karena pada hakekatnya mengajar adalah juga belajar.
Sempat bertanya kepada sanak saudara dan disebutkan bahwa biaya umrah dari tanah air sekitar Rp 26 juta per orang. Maka semakin sesak dada ini menahan haru dan syukur yang mendalam.
Betapa tidak, sebagai dosen di universitas milik pemerintah Arab Saudi yang berlokasi di Jeddah, kami tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk datang ke Masjid al Haram, kecuali mengisi bahan bakar, makan dan hotel (kalau bermalam).Â
Malahan kami mendapat fasiltas dan dibayar (gaji) memadai setiap bulan oleh pemerintah. Tidak hanya itu, sebagai Profesor juga diberikan tunjangan setiap tahun pulang ke kampung halaman (dimanapun lokasinya) bersama keluarga dengan tiket pesawat kelas bisnis. Alhamdulillah. Allahu Akbar.
#catatan_dari_kampus_tepi_laut_merah
Apa yang ditulis oleh Prof. Anton ini sama dengan apa yang disampaikan oleh KH Subhan Makmun salah satu  Rois Syuriah PBNU dari Brebes disaat membacakan dan menerjemahkan kitab ta'lim muta'alim dan disampaikan ke santrinya setiap senin malam selasa di Pondok Pesantren Assalafiyah II Saditan Kelurahan Brebes Jawa Tengah.Â
KH. Subhan mengatakan, jadi santri jangan cules atau malas saat belajar di bangku sekolah atau pondok pesantren, banyak membaca atau menghafal nadzoman, dan juga menyiapkan buku pelajaran sekolah umum, ilmu disekolah dengan ilmu di pondok pesantren itu menjadi bekal bagi santri untuk bisa seperti apa yang dilakukan oleh para profesor. Mereka bisa seperti itu, bukan karena instan tapi berproses dan saat belajar tidak cules atau malas.Â
Orang malas itu akan rugi, dia akan merasaka  kekecewaan dikemudian hari, kenapa saat muda tidak seperti si fulan yang satu kamar belajarnya tapi nasibnya dia lebih sejahtera dan menjadi seorang ilmuan.Â
Fakta yang ada banyak para orangtua yang memilih pasangan hidup buat anaknya karena melihat bibit, bebet dan bobot, bila ada yang lulusan santri pinter ilmunya para nabi tapi karena mereka tidak punya harta yang sepadan dengan pihak calon mertuanya, maka pihak calon lebih baik mengurungkan niatnya untuk menjadikan pasangan hidupnya bagi anak keturunanya. Belum lagi masalah keyakinan adat dimana masih menghitung weton  hari bila menghitung ilmu jawa.Â
Dibekali ilmu yang luas dan kedudukan yang tinggi, itulah posisi yang tepat bagi mereka yang mau belajar ilmunya nabi, mereka sebagai pembeda bagi setiap orang, dan wajar dengan ilmu yang diamalkannya, mampu memberikan perubahan bagi maslahatul umah.Â
Makanya bagi para pembaca kompasiana, catatlah semua aktivitas anda dengan baik, imam ghozali pun telah mengatakan dan menulisnya dalam kitabnya, ilmu yang dicatat dan didokumentasikan ini bisa berguna bagi semua orang walaupun pengarangnya sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Berbahagialah bagi mereka para penulis pena yang selalu setia menulis kebaikan dan menyebarkan kebaikan tersebut untuk kepentingan orang banyak.Â
Selamat beraktivitas menggapai karunia ilahi  , semoga kita selalu dalam keadaan sehat , bersyukur dan berbahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H