Bulan maret bagi penulis ada sesuatu hal yang menarik yaitu penetapan hari air sedunia dikenal dengan istilah world water day, tanggal penetapan adalah  22 maret setiap tahunnya. Momentum yang tepat jika semua pihak yang ada di kab/kota di Indonesia bisa menikmati air bersih semuanya baik itu yang hidup di dekat air laut, di perkotaan atau di pedesaan.Â
Bagi desa yang berkecukupan dengan stok air bersih, tentunya tidak merasakan kesulitan terkait ketersediaan air bersih, bahkan bagi orang pegunungan, kran saja dibiarkan mengalir terus, tanpa menggunakan meteran air PAM, cukup bermodal pipa pralon di alirkan ke dalam rumahnya, air bisa mengalir tanpa ada batasnya, baik di musim penghujan maupun kemarau.Â
Namun, anda bisa bayangkan jika ada desa yang saat musim kemarau, semua penduduknya tidak bisa menikmati air bersih, walaupun sudah berupaya membuat sumur air dalam atau sumur bor hingga ratusan meter namun  sia-sia tak kunjung keluar air.Â
Salah satu contoh di salah satu Desa Cigadung Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, saat penulis ketemu dengan kepala desa dan beberapa warganya, ternyata mereka kesulitan air bersih hingga puluhan tahu, warga  harus mengambil air dari wilayah tetangga desanya yang berjarak 2 kilometer.Â
Saat musim hujan pun mengandalkan dari penampungan air hujan dan mengambil dari pembuangan air sungai waduk malahayu, tapi saat musim kemarau, sudah tidak mengalir.Â
Program pansimas belum bisa masuk ke desa ini, mencari sumber mata air juga tidak ada, mungkin solusinya adalah membuat pompa sumur dalam di desa sebelah, hanya saja nanti desa sebelahnya juga harus mendapatkan ijin dibolehkan mengambil air tersebut.Â
Ada 3 Dusun di Desa Cigadung yakni dusun kubanglingke, Dukuh Cigadung, Dukuh Beber, jumlah KK ada 2000 yang tersebar di 3 dukuh tersebut, saat kemarau semua dusun ini kesulitan air bersih. Untuk mencari sumber mata air tidak bisa di desanya, hingga tulisan ini dipublish, belum ketemu dimana sumber mata air baik itusumber air dalam.Â
Bagi desa yang berlimpah airnya atau saat musim hujan sering mengalami banjir, mungkin  strateginya menahan air, hulu harus dijaga dengan baik, hutan lindung harus dijaga dengan baik, jangan tebang bohon semaunya disanalah tandon air, air hujan biar masuk lagi ke tanah dan meresap, perlu ada embung bendungan.Â
Peliknya hidup tanpa air, akan menyebabkan persoalan yang luar biasa, walaupun warga ada yang berani beli air kemasan atau air galon atau air kiriman dari PDAM, namun jika setiap hari harus membeli air bersih, jelas cost yang sangat diperhitungkan.Â
Saat BAB tanpa ada air yang disiram, tentunya jadi berbahu, kalau saat BAB sembarangan juga berdampak pada aspek kesehatan lingkungan dan belum lagi efek domino yang lain.Â
Karena bulan maret adalah bulan air sedunia, maka perlu dipetakan oleh para pengambil kebijakan terutama diprioritaskan kepada desa-desa yang mengalami krisis air bersih, jangan sampai apa yang terjadi di tahun sebelumnya terulang kembali saat musim kemarau di tahun ini atau tahun selanjutnya. Beearti tidak ada perubahan namanya, dibiarkan saja kondisi yang ada tanpa harus dicarikan solusinya.Â
Bila kita mengkonsumsi air yang buruk maka dalam tubuh kita bisa berpotensi pada penyakit dalam, seperti ginjal dan dsmpak ikutannya. Semoga dengan adanya hari air sedunia, nasib desa di kampung yang kesulitan air bisa tersolusikan dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H