Kabid Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan  Kabupaten Brebes Ir. Sodikin mengatakan di depan Peserta Focus Group Discusion di Aula Bank Indonesia Kota Tegal, tahun 1998 Pemerintah Kabupaten Brebes pernah mengumpulkan botol bekas obat pertanian dari berbagai merk dari masyarakat, jutaan botol bisa dikumpulkan lalu kerjasama dengan Bank Indonesia saat itu.
Awalnya menggunakan proses pembakaran yang dimiliki pihak Bank Indonesia Tegal yang biasanya digunakan untuk memusnahkan  uang recehan atau uang lusuh, ternyata alat pembakarannya bisa meledak setelah dimasukan beberapa botol pestisida, ini artinya sisa botol dari pestisida saja masih menyisakan dan melakat pada botol tersebut, karena tungku pembakarannya meledak, akhirnya ditunda pembakaranya, dan dialihkan ke pembakaran di Pabrik Semen di Cilacap dengan kapasitas lebih besar dan aman.Â
Sodikin menambahkan, sejak pembakaran di Cilacap hingga sekarang belum dilakukan kembali,untuk dihimpun sisa botol bekas pestisida untuk dimusnahkan, padahal sisa obat pertanian masih berbahaya dan berdampak pada kualitas tanah. Bila botol tersebut ditaruh dirumah atau dibuang sembarang disawah maka tetap bekas residu tersebut masih menyisakan masalah lingkungan sekitarnya.Â
Sementara itu, salah satu narasumber Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementrian Pertanian Asep Nugraha Ardiwinata mengatakan, masalah pestisida di Kabupaten Brebes itu sudah diambang batas, agak susah jika para petani untuk berusaha dalam pertanian organik, Â karena kandungan tanah, saluran air dan juga residu pestisida yang terdahulu masih ada, bahkan tidak bisa hilang dalam hitungan 10 tahun, tapi seratus tahun, padaal penggunaan pestisida di Brebes, petani tidak menghiraukan pola penyemprotan di lahan pertanian. Agar ada solusi maka perlu ada perubahan perilaku petani, intervensi pemerintah daerah dan juga regulasi dari pemerintah pusat, dan tidak dilakukan dengan parsia tapi intervensi holistik.Â
Kondisi  sekarang yang ada pada tanaman sayuran baik, tomar, kubis,  cabe, bawang merah masih mengandung pestisida, termasuk kandungan tanah dan airnya sudah mengandung pestisida. Bila penggunaan pestisida dilahan berlebihan atau tertinggalnya residu pestisida dilahan pertanian akan menjadi masalah pada kesehatan penduduknya, termasuk akan menghambat produktivitas generasi yang akan datang.Â
" Residu organoklorin di Brebes sangat tinggi, antara lain aldrin, endosulfan, diaziron, heptaklor, Dieldrin, BPMC, MIPC, fention, karbofuran, diazinon, klotpirifos dan ini digunakan untuk obat pertanian," ungkapnya. Rabu (14/03/2018).Â
Efek pestisida pada kesehatan manusia di Brebes juga di paparkan oleh Dinas Kesehatan Brebes, dr. Rudi Pangarsami Utami, Mkes, Â bahwa di Penduduk Brebes telah terpapar pajanan pestisida, sekarang ini muncul beberapa penyakit yang ditimbulkan dari pestisida yakni hipotiroidisme (saat ibu hamil atau saat masa pertumbuhan), Berat Bayi Lahir Cacat, Lahir Cacat, Autisme dan jika tidak ditangani dengan cepat maka akan berakibat generasi yang akan datang.Â
Selanjutnya, salah satu peserta Johari dari Ketua Abmi Kabupaten Brebes mengatakan, perlunya SPLHT dibangkitkan, sepertinya program untuk penanganan bahaya pestisida kurang greget.Â
" Sudah jelas pestisida itu bahaya, tapi kok peredaran obat pestisida sepertinya angin surga bagi formulator termasuk penjual obat dan pabrik obat, perilaku petani harus dirubah, karena formulator lebih banyak dibandingkan penyuluh, mereka bawa kaos, uang bahkan discount," harapnya.Â
Pertemuan ini jangan hanya sosialisasi saja, tapi perlu ada aksi yang nyata agar nasib petani juga paham dan ada manfaatnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H