Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Produk Tiruan Masih Subur di Indonesia

5 Maret 2018   18:05 Diperbarui: 5 Maret 2018   18:30 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anda mengenal produk asli atau dikenal dengan istilah produk original dan kemudian produk tersebut booming atau laris manis, maka dalam hitungan bulan saja, produk tersebut akan ditiru, bentuknya mirip sama asli, tapi kualitas dan tingkat kerapiannya akan berbeda. Dikenal dengan istilah kw1, kw2, kw3. 

Salah satu contoh produk handphone sebut saja samsung, nokia ataupun merk lain, saat awal pertama keluar, harganya sangat mahal, seiring produk cina masuk maka yang terjadi orang cenderung beli handphone keluaran cina karena dianggap murah dan bisa bergaya, padahal jika jatuh atau rusak maka sparepart lebih mahal diservice dibandingkan jika beli baru. 

Produk software komputer seperti install microsoft office, masyarakat cenderung install bajakan dibandingkan dengan original, jika pun original mereka mencoba cari crack software tersebut sampai ketemu nomor crack yang sesuai, budaya seperti ini semakin menyebar dan dianggap lumrah karena ilmu original pun bisa dibajak dengan kepandaian seseorang dan dipelajarinya celah-celah mencari solusinya. 

Pada produk minuman pun sudah banyak merk air minum kemasan, dulu aqua masih menjadi merk pertama yang dianggap boming, wajar jika sekarang muncul ratusan merk air kemasan orang yang beli cenderung mengatakan air aqua, padahal yang dibeli ada air kemasan merk lain. 

Pada dunia onderdil pun merk mitasi juga banyak, bagi kita yang tidak paham dan teliti maka akan terjebak dalam memilih. Coba anda lihat bila dipasar loakan yang ada di daerah anda, maka mencari produk kw lebih mudah termasuk produk ori bekas juga ada. 

Merk sepatu pun terjadi, ambil contoh merk sepatu asli yang dianggap terkenal di tegal, sekarang muncul produk yang mirip hanya beda merk saja. Seolah-olah merk barunini biar cepat terkenal dan bisa mendapatkan keuntungan yang sama. 

Bukan hanya di Indonesia, saat jamaah umroh dan haji pun, banyak jamaah yang beli produk handphone yang tertipu, dianggap murah dan merk pun sama sepwrti samsung, namun mereka tidak bisa membedakan mana samsung original dan samsung palsu. Malahan yang samsung palsu cenderung lebih banyak dibandingkan yang asli. 

Cukup membayar 200 riyal saja sudah dapay samsung palsu, hanya bedanya pada casing, baterai dan juga komponen yang ada, jika anda teliti bahkan berat handphonrnya pun sedikit ringan kalau yang palsu sedangkan yang asli sedikit berat dan sangat rapi dalam komponen dan kualitas warna pun jauh berbeda, maklum harga yang original bisa mencapai 450 riyal untuk merk samsung J7 saat itu ditahun 2017.

Resep dari tukang service komponen handphone atau onderdil kendaraam atau bisa juga dunia elektronik, lebih baik beli produk yang bermerk dan kondisi barangnya masih bagus, jika ingin diganti maka carilah sparepart yang asli juga, karena jika beli sparepart yang palsu atau KW nanti akan berakibat rugi pada diri sendiri dan juga pada kualitas dan hasil akhirnya. 

Dunia ini memang serba pura-pura tapi kalau urusan beli produk lebih baik yang branded dibandingkan yang keluaran baru tapi ringkih (mudah rusak), sedikit mahal lebih baik daripada beli produk seperti beli kacang saja. 

Indonesia memang sangat subur dalam dunia tiru meniru produk, ilmu penjiplakan seolah-olah cepat direspon, padahal ada konsekuensi hukum dan juga tindakan yamg dilakukan juga tidak patut secara etika dan agama, tapi karena alasan ekonomis akhirnya berani dilakukan, sebelum terkena jerat hukum karena tiruan atau pelanggaran merk dan juga paten, mungkin mereka tetap berani berusaha mencetak dan menjualnya, berbeda jika nanti nasib orang tersebut terkena pasal meniru produk maka baru sadar bahwa dirinya telah bersalah karena tindakan meniru produk aslinya itu tidak dibenarkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun