Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seorang Ustadz Boleh Berprofesi Menjadi Jagal Sapi di RPH

4 Maret 2018   22:22 Diperbarui: 5 Maret 2018   02:18 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pedagang daging sapi, atau hewan lainnya untuk memotong seekor sapi tiap hari, mereka memilih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dibandingkan potong hewan sendiri di rumahnya atau di penjual sapi. 

Bila RPH nya yang melakukan pemotongan seorang ustad, maka sugesti bakul (pedagang)  sapi potong semakin naik tingkat kepercayaanya kepada pengelola RPH yang dipilih. 

Bayangkan jika jagal (tukang potong) hewan ini bertato sekujur tubuhnya, walaupun dalam tata cara penyembelihan dilakukan sesuai syariat agama, tapi sugesti akan berbeda jika jagal sapi itu berasal dari ustad yang pernah mengenyam pendidikan santri pondok pesantren. 

Kepercayaan terhadap seseorang bisa menaikan pendapatan RPH, apalagi jika dalam posisi pemotongan ustad tadi cara motong hewannya dengan cekatan, beda ketika dipotong oleh si A, daging bisa empuk dan tidak bau amis atau prengus, maka jelas akan lebih cepat tersebar informasi yang diterima oleh para bakul. 

Belum lagi jika ustad ini tidak pernah absen, hadir tepat pada waktunya, dan rapih dalam memberikan layanan jagal dan juga cara mengiris dagingnya begitu cepat dan pisau yang digunakan sangat tajam dan serba cekatan, maka target income Pendapatan Asli Daerah akan tercapai bahkan cenderung over budget. 

Namun jika sebaliknya, bila seorang bakul sapi potong sudah menjudge RPH itu terkesan jorok dalam pengolahan daging yang disembelih dan diiris-iris, lamvat dalam penanganan serta kotor y pemotongan hewan, lalat hijau atau lalat besar tampak berseliweran, maka akan terjadi kerugian bahkan cenderung sepi. 

Setiap RPH harus memiliki strategi yang jitu terutama dalam memberikan service yang cepat, tepat dan berkesan. Sapi yang mau dipotong akan diperiksa oleh mantri ternak kemudian diinapkan sehari sebelum dipotong, ada petugas keamanan RPH yang selaku stand by untuk memastikan bahwa sapi atau hewan yang dititipkan dalam kondisi aman dan terjamin pakannya, maka jelas menjadi rujukan bagi para bakul sapi potong tidak akan berpindah ke RPH yang lain. 

RPH akan ramai dalam setahun pada bulan haji dimana masyarakat berqurban dan menitipkan hewan qurbannya di RPH, biasanya sehari jagal sapi hanya beberapa ekor saja kambing dan sapi serta kerbau yang dipotong, saat musim qurban di bulan haji bisa sehari lebih dari lima puluh ekor hewan disembelih, jelas tarif pun akan naik langsung dibandingkan dengan tarif biasa. 

Seorang jagal sapi atau hewan ada yang dibayar sistem per ekor hewan yang disembelih, ada juga yang dibayar harian yang penting mereka datang tiap hari di RPH yang ada. Jika tugasnya selesai untuk menyembelih hewan tersebut, maka langsung boleh pulang ke rumahnya. 

Jarang tukang jagal ustad ini stand by full sehari, mereka seperti dokter panggilan, karena keahliannya untuk merobohkan dan memotong hewan inilah menjadikan jagal hewan sebagai pendapatan rutinnya untuk menafkahi keluarganya. 

Seorang tukang jagal hewan itu tidak bisa dimiliki oleh semua ustad, fisik jagal juga harus fit terus, punya bacaan tertentu biar hewan yang mau dipotong ini menjadi tidak giras (marah) bahkan cenderung dipersilahkan untuk dipotong. 

RPH swasta pun masih ada di beberapa tempat, tapi kebiasaan RPH kalau potong hewan itu dari jenis pejantan dibandingkan betina. Betina yang bisa dipotong adalah betina yang tidak punya keturunan, bahasa  kerennya majir, maka hewan ini bisa disembelih karena ada riwayat kenala boleh dipotong. 

Ada larangan bagi para jagal ini memotong hewan yang usia produktif apalagi betina yang nasih subur dalam peranakannya, maka akan  dikhawayirkan populasi hewan menjadi berkurang, imbasnya pada stabilitas pangan dan gizi keluarga nantinya. 

Keberadaan RPH sangat penting di tiap kabupaten/kota, saat musim hajatan dan juga musim perayaan lainnya menjadi sumber pendapatan yang layak di pertahankan bila perlu di teruskan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun