Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jerih Payah Tukang Sol Sepatu di Kampung Bawang Merah

23 Februari 2018   09:00 Diperbarui: 23 Februari 2018   09:10 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sol Sepatu/Doc bosmurah.com

Ada 10 orang tukang sol sepatu yang kontrak 1 unit rumah, mereka membagi iuran sewa rumah selama setahun dibagi sepuluh personil. Bagi mereka yang penting bisa menjadi tempat peneduh saat hujan tidak basah, dan saat malam bisa tidur nyenyak, rumah sewapun sangatlah sederhana, tidur beralas tikar seadanya, hanya ada bantal yang sengaja dibelinya untuk menjadi sandaran bagi mereka selama mencari nafkah hidupnya. Rata-rata tukang sol ini berasal dari orang sunda, dengan usia hampir kepala empat puluh lima tahun, mereka tidak menggunakan sepeda motor, atau sepeda onthel, namun berjalan kaki puluhan kilometer tiap hari. 

Tukang sol ini tidak ada yang perutnya buncit, mereka langsing, fisiknya kuat, termasuk kemampuan jalannya sangat tangguh, wajar jika sehari bisa menempuh puluhan kilometer walau dalam situasi cuaca yang ekstrim pun, panas, hujan lebat disertai petir pun mereka tetap tenang dan tidak merasa takut kalau pulang dari tempat yang dilalui kondisinya banjir. 

Puluhan tahun mereka mengais rejeki di Kotaku Brebes Jawa Tengah, mungkin ada dilokasi lain, tapi penulis menceritakan bagaima mereka membagi area lokasi kemana rute yang harus di laluinya, dari rumah sewa hingga lokasi yang ditetapkan kurang lebih 30 kilometer rutin dilaluinya sebagai sarapan pagi. 

Sol Sepatu/Doc bosmurah.com
Sol Sepatu/Doc bosmurah.com
Dari kontrakan pagi jam 07.00 WIB seperti layaknya pegawai negeri sipil berangkat, mereka tidak ada apel pagi tentunya, malam sudah berkoordinasi bersama, alat yang ada ditaruh di dalam kotak sol sepatu, termasuk bahan yang nantinya digunakan saat untuk mengerjakan sol sepatu di desa yang dilalui. Mereka tidak membawa Handphone android, bagi mereka mendapatkan pelanggan atau orang yang memanggilnya saat melangkah kakinya itu sudah cukup senang. 

Mereka masuk dari gang satu ke gang lain di desa yang dilaluinya, kalau jalan desanya rusak parah, mereka masih tetap semangatnya, mengandalkan sepatu olahraga yang baginya cukup nyaman saat jalan, mereka tidak membawa payung bahkan tidak membawa pengganti baju walaupun situasi hujan kian menentu, baginya jika hujan ya nanti berhenti dirumah penduduk sambil menunggu hujan reda, terus jalan lagi, begitu aktivitas harian yang dilaluinya.

Tukang sol sepatu adalah seseorang yang dianggap ahli memperbaiki sepatu Bahan-bahan untuk alas kaki di antaranya adalah kayu, plastik, karet, kulit, tekstil, dan serat tanaman.

Terkait  harga sol sepatu disesuaikan dengan tawar menawar, tidak ada bandrol yang ditetapkan, tukang sol akan melihat dulu bagaimana tingkat kerusakan yang ada, kemudian tawar menawar antara pemilik sepatu dengan sol sepatu ini, jika harga cocok, dalam beberapa menit dikerjakan, dibutukan kisaran 10 menit hingga 15 menit dalam mengerjakan satu pasang sepatu yang harus di jahit dipinggirnya. 

Pekerjaan sol sepatu ini jangan dianggap remeh, karena disamping mereka harus sehat dan kuat, mereka juga sangat teliti dan sabar dalam mengais rejeki, rejeki yang didapat jelas halal, karena ada akad yang jelas dan karena keahliannya itulah dibayar dengan sepadan dengan ilmunya.

Walaupun tukang sol ini sudah usia lanjut, namun mereka tidak ada yang perutnya buncit, ini artinya tingkat kesehatan mereka benar-benar dijaga, makan pun teratur karena mereka harus membagi rejeki yang didapat dengan pengeluaran rutin sehari-hari, dan bisa mengirimkan hasil rejeki yag didapat untuk membiayai anaknya ke sekolah, termasuk mimpi agar rumah yang dihuni dikampungnya bisa berdiri kokoh dan keramik. semoga rejeki mereka dimudahkan dan menjadi Bapak yang penuh semangat bagi anak-anaknya dalam mendidik keluarganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun