Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sedimentasi Sungai Makin Cepat, Hulu Hilir Perlu Solusi

27 Januari 2018   20:30 Diperbarui: 27 Januari 2018   21:35 2628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika di hilir muncul sedimentasi kian cepat, itu tandanya hulunya bermasalah, aliran sungai dari atas mengalir ke bawah, membawa material yang cukup banyak seperti lumpur dan kotoran yang lain.

Belum lagi ditambah dengan kotoran sampah dari limbah rumah tangga menjadi salah satu penyebab sedimentasi di sungai baik itu aliran irigasi tersier maupun sekunder. 

Puluhan tahun yang lalu, untuk  pengerukan sungai bisa dilakukan setiap lima tahun bahkan bisa lebih, karena didaerah hulu yakni daerah pegunungan status pohon sebagai penguat tanah masih menjadi berfungsi baik.

Namun seiring dengan alih fungsi hutan, muncul beberapa wilayah mengalami longsor, saat hujan turun pun air begitu cepat mengalir ke dataran yang lebih rendah, mengalir ke permukaan sungai, bila cukup lebat maka dipastikan membawa tanah liat ke sungai, dampaknya sedimentasi hilir menjadi cepat bertambah. 

Sisi proyek mungkin ini menguntungkan, pasalnya semakin cepat sedimentasi aliran sungai, semakin banyak keuntungan yang didapat, bila sungai yang dilewati itu tidak terawat dengan baik.

Maka akan terjadi gerusan tanah berakibat mengikis secara teratur dan terakhirnya terjadi longsor pada tanggul yang ada. Wajar saja jika daerah hilir menjadi tempat akhir berhentinya material. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sedimentasi dilaut juga dilihat dari muara lautnya, bayangkan saja jutaan ton lumpur saat dikeruk dengan alat berat, puluhan milyar dibuang cuma-cuma dengan tujuan mengangkut material lumpur tersebut, jika dibiarkan kasihan nasib nelayan tidak bisa masuk ke muara, apalagi saat surut dipastikan bermasalah. 

Ternyata sedimentasi yang bersumber dari aktifitas manusia di sepanjang sungai adalah sumbangan terbesar dari proses sedimentasi di muara dan pesisir pantai. 

Aktifitasnya adalah meliputi pembukaan lahan pertanian, irigasi pertanian, limbah buangan industri, pembabatan vegetasi di pinggir sungai dan lain sebagainya. 

Dampaknya dapat diterlihat di sepanjang badan sungai dan muara sungai. Dampak tersebut adalah sebagai berikut kematian organisme laut, penurunan bideversitas, hambatan jalur pelayaran karena pendangkalan, gangguan atau hilangnya habitat, menurunnya stok alami makanan laut (seafood), perubahan distribusi ukuran sedimen, peningkatan kekeruhan dan perubahan kedalaman. 

Pendangkalan yang terjadi bahkan akan membentuk tanah timbul atau delta di muara sungai. Kerugian terbesar akibat pendangkalan tersebut adalah menghambat keluar-masuknya perahu-perahu nelayan. 

Sedimentasi dimuara laut juga menyebabkan beberapa hektar tambak ikut kena abrasi, ribuan hektar beralih fungsi, tambak jadi laut dan ada juga laut yang menjadi tambak karena ada tanah timbul. 

Persoalan sedimentasi harus menjadi persoalan serius karena saat musim penghujan bisa menjadi pemicu banjir dan juga menyebabkan dampak ikutan yang lain. Oleh karena itu gerakan bersih-bersih kali, perawatan sungai dan juga penanganan hulu hilir penting dilakukan. 

Kerjasama lintas sektor dan perilaku masyarakat baik yang hidup dihulu dan hilir harus saling memiliki. 

Saat ada sampah disungai segera dibersihkan, dilarang buang sampah dialiran sungai, termasuk saat longsor untuk segera ditangani dengan cepat karena akan menyebabkan longsor yang lebih besar, termasuk reboisasi dan memanfaatkan hutan lindung agar kembali sesuai fungsinya, termasuk penanaman mangrove di wilayah pesisir sebagai sabuk hijau dari penanganan abrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun