Menurut sebagaian petani, upaya ini dilakukan, walaupun dengan pengeluaran yang sedikit mahal, namun gimana lagi, daripada tanaman yang ada merugi atau gagal panen. Maka dengan cara apapun dilakukan, asalkan ada sumber mata air yang bisa dialirkan dan disiramkan ke lahan pertanian yang ditanami.Â
Daya Ungkit Embung
Sekarang keberadaan embung menjadi prioritas bagi desa-desa sesuai amanat peraturan pemerintah, namun diingat, jika membuat embung tapi tidak memiliki sumber air yang banyak, maka embung hanya bisa dilihat saja, tapi tidak bisa menjadi faktor pengungkit ekonomi yang luar biasa, perlu dipikirkan aspek hulu dan hilirnya embung itu.Â
Secara teori jika aspek pemenuhan kebutuhan air tersedia memang bisa  menciptakan lompatan ekonomi karena mereka bisa meningkatkan volume dan hasil pertanian, dan nantinya embung yang berada di desa tersebut diharapkan bisa panen sebanyak tiga kali dalam setahun.Â
Realita yang ada, konsep teori yang ada, belum tentu bisa berhasil sesuai dengan target, petani sekarang memanfaatkan saat musim penghujan dengan menanam padi, sedangkan saat musim kemarau mereka lebih dominan menanam palawijaya, seperti jagung, terong, kacang-kacangan, dan kadang juga tanaman cabai, mereka lakukan ini, karena ketersediaan stok air yang tidak melimpah.Â
Penulis yakin, jika stok air itu bisa tersedia dengan baik dan lancar disemua musim, maka daya ungkit pertanian akan semakin baik, dan ketersediaan stok pangan menjadi tercukupi. tapi jika sebaliknya, maka banyak lahan pertanian yaang ditinggalkan dan dibiarkan mengering tanpa ada perawatan atau pengelolaan dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H