Hampir disetiap warung makan baik di desa maupun kota, pemilik warung dipastikan menyediakan tusuk gigi, bentuknya hanya Sebatang kayu atau plastik yang digunakan untuk menyingkirkan sisa-sisa makanan dari gigi, dan biasanya dipakai sehabis makan. Tusuk gigi biasanya mempunyai satu atau dua ujung yang tajam untuk disisipkan di antara gigi.
Dilangsir dalam wikipedia, ternyata tusuk gigi telah ada selama ribuan tahun, mungkin sebagai alat tertua untuk membersihkan gigi. Tusuk gigi dikenal di semua budaya. Sebelum sikat gigi diciptakan, orang membersihkan giginya dengan kayu pembersih gigi yang keras maupun lembut.
Tusuk gigi yang terbuat dari perunggu telah ditemukan di antara barang-barang yang dikuburkan dalam makam-makam pra-sejarah di Italia Utara dan di Alpen Timur. Tusuk gigi juga dikenal luas di Mesopotamia.Â
Bahkan pada abad ke-17 tusuk gigi dianggap barang mewah yang setara dengan perhiasan permata. Mereka dibuat dari logam mulia dan dihiasi dengan batu-batu berharga. Seringkali mereka dibuat secara artistik dan dilapisi email.
Kini, dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi modern, penggunaan tusuk gigi agak ditolak, dan alat-alat bantu lainnya seperti benang gigi dan sikat gigi lebih disukai. Biarpun para medis melarang penggunaan tusuk gigi tetapi tetap tusuk gigi sangat populer di kalangan banyak orang.
Filosofis Belajar dari Tusuk Gigi
Untuk membuang sebuah sisa kotoran yang berada di gusi gigi, dibutuhkan tusuk gigi, jika hanya menggunakan kuku pada jari kita pun, tidaklah mudah terangkat, sedangkan mau gosok gigi, posisi kita sudah tidak berada di rumah atau tidak membawa sikat gigi.
Tusuk gigi memiliki manfaat yang sangat besar bagi penggunanya. Secara filosofis tusuk gigi ini ibarat, kita pun bisaÂ
Orang yang paling banyak memiliki manfaat bagi orang lain ialah orang yang mampu menjaga diri dari perkara yang merugikan orang lain. Mencongkel keburukan orang lain adalah salah satu hal yang menyengsarakan orang lain. Maka, di sinilah kita harus bertindak, hindarilah perbuatan tersebut.
Seperti layaknya tusuk gigi, ia bisa menghilangkan kotoran dan memberikan kenyamanan pada penggunanya. Begitu pun diri kita, harus mampu mencari-cari kebaikan orang lain yang terselip, yang tidak kelihatan selama ini. Sebab, dari sinilah kenyamanan dan ketentraman antara Anda dan orang lain, terutama orang terdekat Anda dapat terjalin.
Dalam membuang sisa kotoran di sela-sela gigi, dibutuhkan keuletan, sebagai makhluk hidup kita dalam bekerja harus kerja keras dan teliti, karena kalau setiap tindakan dilakukan dalam kondisi gugup, terburu-buru serta tidak hati-hati, yang terjadi bukanlah pekerjaan selesai dengan baik, bahkan bisa sebaliknya.
Buang sisa kotoran dengan tusuk gigi, membuat pemakainya terasa nyaman, begitu pula dalam hidup kita, rasa aman dan nyaman sebenarnya diharapkan oleh semua orang. Ketentraman batin bagi semua orang juga  sangat berpengaruh pada dirinya dan juga lingkungannya. Walauapun gaji nya besar tapi baginya tidak nyaman, dipastikan akan memilih pekerjaan nyaman tetapi seimbang dengan gaji yang didapatkan.
Tusuk gigi pun bagi pemakainya harus memiliki strategi yang kuat termasuk produk yang dipakai hygenis, barang yang digunakan bukan barang curian. Sebagai insan dimuka bumi, strategi dalam mengarungi kehidupan ini harus ada strategi yang tepat, baik waktu, ketersediaan tenaga dan kesempatan.
Setiap apa yang kita kerjakan dan kita maka harus hati-hati, karena makanan yang berakibat tidak baik pada tubuh kita, seperti makanan yang halal tapi karena dimasak dalam kondisi yang kadaluarsa maka berakibat fatal bagi kita yang menikmatinya, begitupun dalam memperoleh harta, jangan dari harta curian tapi benar-benar tahu tingkat kehalalan produknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H