Mohon tunggu...
imran husen
imran husen Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Putri Pantai

18 November 2017   21:53 Diperbarui: 18 November 2017   22:03 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan berjalanlah dia di atas pasir 

Nafas mengikuti langkah kaki mengiringi irama ombak.

Tapi bukan angin. Sebab, angin hanya tahun menjatuhkan ranting-ranting pohon dan dedaunan yang kering.

Sang putri terus berjalan.

Berjalan untuk mencari makna hidup.

Matanya tetap terjaga meski hati penuh luka.

 Di ufuk barat sana ada warna mengusir matahari untuk mendatangkan bintang dan bulan.

Lalu sang putri bertanya dalam hatinya

" senja! Bisakah kau menjawab tanyaku?, kepada siapa aku harus setia?

Di mana aku harus mengabdi?,

Jika boleh jujur aku tidak bercaya bahwa aku darinya dan kembali padanya

Perjanjian itu tidak dalam sadarku

Tidak!

Kau tak usah turun ke bumi

 Di sini terlalu banyak hati yang terkurung dalam kebinasaan

Banyak suara-suara tangis yang tak lagi di dengar

Banyak luka yang tak mampu di sembuhkan

Banyak air mata yang mengering di atas sejuta kekayaan

Samurai-samurai tak lagi tajam

Api nasionalisme dan patriotis telah padam

Kau cukup berbisik kepadaku

Itu saja yang ku harapkan seraya menyembuhkan luka ini

Seperti aku mencintai keindahanmu

Seperti jutaan orang mengagumi warnamu

Bisakah kau berhenti membunuh matahari dan kembali berbisik di telingaku?"

Kini, tibalah si putri di ujung senja

Pelangi diatas danau tolire itu sudah pergi dalam ketiadaan

Malam pun sudah memanggil burung hitam untuk pulang

Sementara mata si putri masih tetap terjaga

Menatap penuh harap

 Akhirnya dalam lelah terdengar bisikan di hatinya

" jika kau percaya padaku, jika aku ada  dalam yakinmu, maka tetaplah berjalan.

Sebab, ada jawanban di ujung persimpangan itu".

Lalu si putri meneguhkan hati untuk berjalan tanpa menoleh ke belakang

 Sehari ia berjalan,

Sepuluh hari ia berjalan

Seraraus ribuh hari ia berjalan

Tibalah si putrid di ujung persimpangan jalan

Ia kembali bertanya " duhai!, aku sudah mengabulkan permintaanmu

Lalu dimana jawaban yang kau sembunyikan?"

 Suara bisikan itu kembali berbisik

"demi cinta dak kesetiaanmu kepadaku.

 Jika dalam perjalanmu, kau berbalik sedikit saja, maka kau akan melihat jawaban yang ku sembunyikan.

Puing --puing jawaban itu ada perjalanamnu

Ia bersembunyi di balik penderitaan yang kau lihat

Ia melirik di celah-celah keresahan keresahanmu".

Akhinrya sang putri menyadari dan mati.

Danau Tolire Ternate, 13 november 2017

Imran husen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun