Dan berjalanlah dia di atas pasirÂ
Nafas mengikuti langkah kaki mengiringi irama ombak.
Tapi bukan angin. Sebab, angin hanya tahun menjatuhkan ranting-ranting pohon dan dedaunan yang kering.
Sang putri terus berjalan.
Berjalan untuk mencari makna hidup.
Matanya tetap terjaga meski hati penuh luka.
 Di ufuk barat sana ada warna mengusir matahari untuk mendatangkan bintang dan bulan.
Lalu sang putri bertanya dalam hatinya
" senja! Bisakah kau menjawab tanyaku?, kepada siapa aku harus setia?
Di mana aku harus mengabdi?,
Jika boleh jujur aku tidak bercaya bahwa aku darinya dan kembali padanya
Perjanjian itu tidak dalam sadarku
Tidak!
Kau tak usah turun ke bumi
 Di sini terlalu banyak hati yang terkurung dalam kebinasaan
Banyak suara-suara tangis yang tak lagi di dengar
Banyak luka yang tak mampu di sembuhkan
Banyak air mata yang mengering di atas sejuta kekayaan
Samurai-samurai tak lagi tajam
Api nasionalisme dan patriotis telah padam
Kau cukup berbisik kepadaku
Itu saja yang ku harapkan seraya menyembuhkan luka ini
Seperti aku mencintai keindahanmu
Seperti jutaan orang mengagumi warnamu
Bisakah kau berhenti membunuh matahari dan kembali berbisik di telingaku?"
Kini, tibalah si putri di ujung senja
Pelangi diatas danau tolire itu sudah pergi dalam ketiadaan
Malam pun sudah memanggil burung hitam untuk pulang
Sementara mata si putri masih tetap terjaga
Menatap penuh harap
 Akhirnya dalam lelah terdengar bisikan di hatinya
" jika kau percaya padaku, jika aku ada  dalam yakinmu, maka tetaplah berjalan.
Sebab, ada jawanban di ujung persimpangan itu".
Lalu si putri meneguhkan hati untuk berjalan tanpa menoleh ke belakang
 Sehari ia berjalan,
Sepuluh hari ia berjalan
Seraraus ribuh hari ia berjalan
Tibalah si putrid di ujung persimpangan jalan
Ia kembali bertanya " duhai!, aku sudah mengabulkan permintaanmu
Lalu dimana jawaban yang kau sembunyikan?"
 Suara bisikan itu kembali berbisik
"demi cinta dak kesetiaanmu kepadaku.
 Jika dalam perjalanmu, kau berbalik sedikit saja, maka kau akan melihat jawaban yang ku sembunyikan.
Puing --puing jawaban itu ada perjalanamnu
Ia bersembunyi di balik penderitaan yang kau lihat
Ia melirik di celah-celah keresahan keresahanmu".
Akhinrya sang putri menyadari dan mati.
Danau Tolire Ternate, 13 november 2017
Imran husen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H