[caption id="attachment_202315" align="alignleft" width="300" caption="Alat music gitar"][/caption] Malam itu kondisi bus benar2 lenggang, maka dengan bebas aku bisa duduk dimana pun ku suka, rasa suntuk masih bermain di pikiran ku setelah seharian berkutat dengan tugas kantor, untuk senyum pun malas rasanya, sambil bersandar pada jendela bus aku memijat-mijat kepala ku yang terasa sedikit pening, tak lama dari situ suara khas pejuang jalanan masuk dengan niatan menghibur para penumpang, suara serak, seorang pemabuklah yang ada dalam mind-set ku, namun alunan musik dan juga lagu yang dibawakan seolah benar-benar menghibur ku, tanpa disadari aku menikmatinya, hmmmm seperti lagu tahun 80an tapi aku tidak paham betul lagu apa yang di bawakan sebenarnya. Selesai bernyanyi, ritual berikutnya adalah mengecrek (istilah yang digunakan para pengamen untuk mengambil uang) sejulur tangan bertatoo menghampiri ku, perlahan ku perhatikan tindikan di telinganya beserta rambut gondrongnya yang tidak karuan. Rasanya malas aku mengeluarkan uang untuk orang seperti itu, namun ajaib seperti ada bisikan yang mendorong ku untuk bertindak lain, sayup namun jelas ada dalam pikiran ku "Ayo lah sa...., mereka kan sudah membuat mu terasa terhibur, jadi kasih lah" ku rogoh saku yang kuingat berisi uang logam lima ratus rupiahan, namun sejurus kemudian suara itu muncul lagi "Jangan pelit lah... masa kasih cuma segitu, bisa buat beli apaan..." hmmppphhhh.... akhirnya tanpa ragu kurogoh saku berisi uang kembaliat saat mengirim paket, entah berapa yang ku beri, yang jelas itu bukan uang logam pastinya^^ ternyata, sisi pelit ku kalah di bulan ramadhan ini :P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H