Mohon tunggu...
Eka Sepritawati
Eka Sepritawati Mohon Tunggu... Lainnya - penasenja1999

seorang pemuda yang ingin berkontribusi dalam dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengubah Galau Menjadi Karya dan Hobi Baru

20 Oktober 2020   15:22 Diperbarui: 20 Oktober 2020   15:30 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Guys, kalian pasti pernah dekat dengan seseorang? Namun, setelah dekat cukup lama, tiba-tiba dia menghilang dan tidak pernah menghubungi lagi. Kamu pernah mengalami galau yang seperti itu? 

Sebetulnya tidak ada yang salah untuk merasa galau. Galau itu diciptakan untuk menghiasi hari-hari. Meskipun sering diartikan negatif, ternyata galau adalah awal yang baik untuk berkarya. 

Namun kita memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikannya. Ada yang curhat kesahabat lalu menyendiri disudut kamar sambil menangis dan ada pula yang menjadikannya sebuah karya.

Saat malam tiba, saat galau memuncak, saat itulah waktu terbaik untuk menulis. Tidak perlu kertas dan pena untuk mencurahkan kesedihan, hanya perlu notes di handphone untuk mulai membuat tulisan.

Tulis apa pun yang sedang dipikirkan, meskipun susunan paragraf atau baitnya berantakan. Tidak masalah, selama kegalauan itu bisa tumpah. Suatu saat nanti akan ada masa dimana semesta akan menyadarkanmu satu hal, bahwa segala gundah gulana di masa lalu telah berubah menjadi karya baru.

Saya pribadi, sering kali menuliskan segala bentuk keresahan disecarik kertas atau pun dicatatan handphone, itu bisa membuat lega segala resah didada. 

Sering kali ketika galau melanda,saya bisa menciptakan puisi dalam hitungan jam yang terkadang saya unggah di media sosial. Walau sering kali tulisan itu saya perbaiki, karena susunan kalimatnya kurang pas. 

Saya punya prinsip bahwa tidak baik jika berlarut-larut dalam kesedihan dan keterpurukan dikarenakan itu akan berdampak pada psikis dan bisa merambat ke hal-hal lain. 

Seperti tidak semangat dalam beraktifitas, tidak mau makan, tidak mau keluar rumah, dan menutup diri dari dunia luar. Itu akan menghancurkan diri perlahan. Bukankah kita harus menyayangi diri sendiri terlebih dahulu? Jangan hancurkan dirimu terhadap hal yang belum tentu pasti.

Disisi lain, saya terlibat secara langsung dalam kegiatan yang berkaitan dengan alam, tujuan pertamanya adalah untuk mencari pengalaman dan ilmu sembari melupakan kegalauan yang sedang dialami. 

Dengan pergi ke alam saya bisa merasakan ketenangan yang hakiki,bebas tanpa beban dan pikiran yang sering kali semeraut. Itulah yang sering saya lakukan jika ada masalah kehidupan lainnya ataupun berkenaan dengan kegalauan.

Jadi intinya kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, jadikan semua kesedihan itu menjadi sebuah karya yang bagus nantinya. 

Tidak hanya dengan menulis, tetapi bisa juga berkarya di bidang lain, contohnya saja membuat lagu, menjadi seorang fotograper ataupun kegiatan alam bebas untuk melupakan segala sedih yang pernah mendera. 

Ingat dirimu mampu dan kuat untuk menjalani kehidupan, dengan ataupun tanpa dia. Mau tidak mau kehidupan akan terus berjalan tanpa menanyakan apakah kita baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun