Mohon tunggu...
Pena Psikologi
Pena Psikologi Mohon Tunggu... -

Bersama Kita Mengembangkan Ilmu Psikologi di Indonesia | @penapsikologi

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Wanita Karier dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak

16 Mei 2014   17:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis Oleh:

Tiara Dwiyandari

Peran ganda yang sering dijalankan para ibu untuk bekerja pasti bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meski sulit dijalani, namun para ibu bekerja pasti berjuang keras untuk menemukan keseimbangan dalam keluarga dan karier mereka. Ketika semua keseimbangan yang diharapkan itu belum terjadi, pasti ada perasaan bersalah karena merasa menelantarkan keluarganya.

Tak perlu berkecil hati, karena sebenarnya karier ganda para ibu justru mengajarkan berbagai hal positif bagi anak. Tanggung jawab. Menjalankan dua pekerjaan sekaligus dengan sebaik-baiknya dan tanpa keluhan, sebenarnya mengajarkan rasa tanggung jawab kepada anak. Ketika anak sudah cukup mengerti tentang kesibukan ibu untuk bekerja, biarkan anak tahu berbagai hal yang positif dari bekerja, sehingga anak akan berpikir bahwa bekerja itu menyenangkan. "Menjadi seorang ibu bekerja adalah sebuah kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang rasa tanggung jawab untuk membantu tugas-tugas rumah, memantau pelajaran di sekolah, dan kegiatan mereka sendiri. Pada dasarnya hal ini mengajarkan mereka untuk lebih bertanggung jawab bagi diri mereka sendiri," ungkap psikolog Susan Newman, PhD.

Masalah yang berkaitan dengan ketidakadaan seorang ibu di rumah, pengurusan dan perawatan anak-anaknya masih dilimpahkan kepada mereka yang masih kerabat dekatnya. Tetapi sekarang keadaannya berbeda secara struktur keluarga, terutama di kota-kota besar, struktur keluarga sudah mulai berubah dari struktur keluarga besar ke keluarga inti (kecil) sehingga tidak biasa lagi antar kerabat untuk diajak tinggal bersama.

Menghadapi realita seperti inilah, menuntut semua masyarakat untuk sedapat mungkin bisa menyediakan sesosok orang yang mampu menjalankan profesinya mendampingi sang anak tersebut. Itu berarti harus tersedia wadah pendidikan yang dapat mengasuh dan mendidik mereka bagi mereka yang berminat menjalankan profesi tersebut.

1. Ciri-ciri perkembangan anak usia 0 – 2 tahun (masa bayi)

Secara fisik, seorang anak pada masa ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Tinggi dan berat badan si bayi cepat sekali bertambah, begitu pula kemampuannya di bidang motorik (pergerakan) nya. Sebelum usia dua tahun, anak-anak sudah dapat berjalan, berlari, bahkan melompat. Keseimbangan tubuhnya makin lama makin baik walaupun kemungkinan sering jatuh, menabrak dan lain sebagainya masih tetap ada.

Salah satu aktivitas fisik yang sering dilakukan pada masa ini adalah bermain, sebab bermain merupakan kegiatan yang amat menyenangkan bagi mereka. Oleh sebab itu, aktivitas bermain ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana mendidik anak mengenai berbagai hal. Dengan kata lain, melalui bermain anak dapat dicerdaskan dapat dikembangkan alam perasaannya, dapat diperkaya alam fantasi dan kreativitasnya. Namun manfaat utama dari kegiatan bermain ini adalah untuk menggembirakan anak sambil melatih kemampuan motoriknya, yakni menyangkut latihan otot-otot berikut koordinasinya.

Selanjutnya dari segi mental, anak-anak pada usia 0 – 2 tahun juga berkembang pesat. Perkembangan mental amat erat kaitannya dengan perkembangan berbicara dan bahasa. Sebelum umur satu tahun, anak tersebut sudah mulai mencoba bersuara dan berkata-kata. Merangsang perkembangan berbicara berarti merangsang perkembangan kecerdasan. Perkembangan mental amat dipengaruhi oleh perkembangan panca indera. Jadi melatih kemampuan pendengaran, penglihatan, penciuman dan lain sebagainya sejak usia dini amatlah dianjurkan.

Kemudian dari segi sosial-emosional, perkembangan seorang anak belum begitu menonjol, kecuali bahwa hendaknya ia memperoleh pengalaman sosial yang menyenangkan dengan orang dewasa dalam keluarganya. Ia hendaknya merasa aman berada di antara keluarganya. Apabila ia memperoleh kasih sayang dan kelembutan (love and tender care) dari lingkungan sosialnya, maka dasar-dasr suatu sikap (attitude) sosial yang positif telah terbentuk. Namun proteksi (perlindungan) atau pemanjaan yang berlebihan justru akan merusak perkembangan sikap sosial selanjutnya.

2. Ciri-ciri perkembangan anak usia 3 – 5 tahun (masa prasekolah / balita)

Secara fisik, seorang anak pada masa-masa ini terjadi penguatan otot-otot dan peningkatan kemampuan koordinasi sensorimotorik, artinya anak sudah mulai mampu melakukan gerakan yang lebi halus dan mengatur kerjasama antara mata dengan tangan dan kakinya. Pada masa balita ini, anak terlihat selalu bergerak dengan amat lincah. Bagi mereka, bergerak berarti memperoleh kesenangan walaupun bagi orang dewasa menganggapnya gerakan ini seolah-olah tanpa tujuan. Selain penguatan otot kasar dan tulang-tulang, terjadi juga penguatan otot-otot halus, sehingga pada masa prasekolah, anak sudah mampu mengerjakan gerakan yang sulit, seperti menulis, menggambar, menguntai dan lain sebagainya.

Begitu pula dengan perkembangan mentalnya, masa-masa ini adalah masa-masa bertanya bagi mereka. Sebab anak balita memiliki rasa ingin tahu yang tak terpuaskan tentang segala sesuatu yang terdapat di sekelilingnya. Dan juga pada usia ini adalah usia berfantasi / bergaul, berimajinasi, bermain-main, bercanda dan berpura-pura.

Dari segi bahasa, terjadi perkembangan yang sangat menonjol yang dibuktikan dengan penguasaan perbendaharaan kata-katanya yang sudah cukup kaya serta diiringi dengan kemampuan membuat kalimat dengan tata bahasa yang cukup tepat. Makin banyak teman sebaya yang diajak bercakap-cakap maka makin baik pula perkembangan bahasanya, demikian juga bila ia sering dibacakan cerita atau membaca buku. Sehingga minat terhadap ilmu pengetahuan sudah dapat mulai dirangsang.

Selanjutnya, dari segi perkembangan sosial-emosional, pada masa tersebut sang anak sudah dapat dididik untuk berdisiplin walaupun dalam batas-batas tertentu yang ditentukan dengan kemampuan anak. Pada masa ini, pertama kali terbentuk “pribadi” anak sebagai sebuah unit yang disadari oleh anak, atau dalam bahasa psikologinya lebih dikenal dengan sebutan egosentris. Agar pribadi ini, atau yang biasa disebut “aku”nya anak dapat berkembang dengan baik, ia perlu diakui dan dihargai. Kepercayaan akan dirinya akan mulai muncul jika orang dewasa memberi “support” (semangat) ada anak tersebut. Namun yang perlu diingat, memberi support bukan berarti memanjakan anak.

Pada masa prasekolah ini pula anak sudah mulai menunjukkan kebutuhan untuk berkawan sehingga penanaman akan norma-norma sosial bisa dimulai. Usia 3 – 5 tahun merupakan usia dimana anak dapat dilatih untuk membedakan baik dan buruk.

3. Ciri-ciri perkembangan anak usia 6 – 12 tahun (masa Sekolah Dasar)

Perkembangan anak pada masa ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai masa-masa / usia yang cukup tenang. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana orang dewasa –terutama pendamping anak- mendidik dengan menyeimbangkan antara bermain, belajar dan istirahat bagi mereka. Aktivitas belajar misalnya, orang dewasa perlu membantu anak mengembangkan disiplin belajar yang akan sangat membantu bagi keberhasilan belajar selanjutnya.

Anak pada usia 6 – 12 tahun suka sekali menjelajah kesana kemari, seperti suka bermain agak jauh dari rumah. Mereka juga suka sekali berkawan hingga sering meninggalkan rumah.

4. Ciri-ciri perkembangan anak usia 13 – 18 tahun ( masa remaja)

Pada masa ini, sang anak mulai dihadapkan dengan berbagai masalah dan cobaan. Maka tak jarang masa-masa ini disebut-sebut sebagai masa penuh gejolak. Kadang-kadang mereka bertengkar dengan orang tua, sering terganggu komunikasi antara anak dengan orang tua. Kecenderungan berkelompok dan kegiatan bersama dengan teman seumurannya makin menonjol. Anakpun makin sering keluar rumah dan beberapa diantaranya sudah mulai mempunyai pasangan (pacar).

Untuk menjadi seorang ibu yang mempunyai peran ganda, para ibu tetap harus memperhatikan perkembangan si kecil. Karena pola perkembangan si kecil sangat berpengaruh untuk masa depan dan sifatnya. Jika para ibu mempunyai waktu yang tidak banyak untuk mengasuh si kecil, lebih baik jika si kecil mempunyai orang tua pengganti seperti baby sitter. Dengan adanya baby sitter sangat membantu para ibu untuk mengasuh si kecil. Karena si kecil sudah ada yang memperhatikan pola perkembangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun