Secara fisik, seorang anak pada masa-masa ini terjadi penguatan otot-otot dan peningkatan kemampuan koordinasi sensorimotorik, artinya anak sudah mulai mampu melakukan gerakan yang lebi halus dan mengatur kerjasama antara mata dengan tangan dan kakinya. Pada masa balita ini, anak terlihat selalu bergerak dengan amat lincah. Bagi mereka, bergerak berarti memperoleh kesenangan walaupun bagi orang dewasa menganggapnya gerakan ini seolah-olah tanpa tujuan. Selain penguatan otot kasar dan tulang-tulang, terjadi juga penguatan otot-otot halus, sehingga pada masa prasekolah, anak sudah mampu mengerjakan gerakan yang sulit, seperti menulis, menggambar, menguntai dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan perkembangan mentalnya, masa-masa ini adalah masa-masa bertanya bagi mereka. Sebab anak balita memiliki rasa ingin tahu yang tak terpuaskan tentang segala sesuatu yang terdapat di sekelilingnya. Dan juga pada usia ini adalah usia berfantasi / bergaul, berimajinasi, bermain-main, bercanda dan berpura-pura.
Dari segi bahasa, terjadi perkembangan yang sangat menonjol yang dibuktikan dengan penguasaan perbendaharaan kata-katanya yang sudah cukup kaya serta diiringi dengan kemampuan membuat kalimat dengan tata bahasa yang cukup tepat. Makin banyak teman sebaya yang diajak bercakap-cakap maka makin baik pula perkembangan bahasanya, demikian juga bila ia sering dibacakan cerita atau membaca buku. Sehingga minat terhadap ilmu pengetahuan sudah dapat mulai dirangsang.
Selanjutnya, dari segi perkembangan sosial-emosional, pada masa tersebut sang anak sudah dapat dididik untuk berdisiplin walaupun dalam batas-batas tertentu yang ditentukan dengan kemampuan anak. Pada masa ini, pertama kali terbentuk “pribadi” anak sebagai sebuah unit yang disadari oleh anak, atau dalam bahasa psikologinya lebih dikenal dengan sebutan egosentris. Agar pribadi ini, atau yang biasa disebut “aku”nya anak dapat berkembang dengan baik, ia perlu diakui dan dihargai. Kepercayaan akan dirinya akan mulai muncul jika orang dewasa memberi “support” (semangat) ada anak tersebut. Namun yang perlu diingat, memberi support bukan berarti memanjakan anak.
Pada masa prasekolah ini pula anak sudah mulai menunjukkan kebutuhan untuk berkawan sehingga penanaman akan norma-norma sosial bisa dimulai. Usia 3 – 5 tahun merupakan usia dimana anak dapat dilatih untuk membedakan baik dan buruk.
3. Ciri-ciri perkembangan anak usia 6 – 12 tahun (masa Sekolah Dasar)
Perkembangan anak pada masa ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai masa-masa / usia yang cukup tenang. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana orang dewasa –terutama pendamping anak- mendidik dengan menyeimbangkan antara bermain, belajar dan istirahat bagi mereka. Aktivitas belajar misalnya, orang dewasa perlu membantu anak mengembangkan disiplin belajar yang akan sangat membantu bagi keberhasilan belajar selanjutnya.
Anak pada usia 6 – 12 tahun suka sekali menjelajah kesana kemari, seperti suka bermain agak jauh dari rumah. Mereka juga suka sekali berkawan hingga sering meninggalkan rumah.
4. Ciri-ciri perkembangan anak usia 13 – 18 tahun ( masa remaja)
Pada masa ini, sang anak mulai dihadapkan dengan berbagai masalah dan cobaan. Maka tak jarang masa-masa ini disebut-sebut sebagai masa penuh gejolak. Kadang-kadang mereka bertengkar dengan orang tua, sering terganggu komunikasi antara anak dengan orang tua. Kecenderungan berkelompok dan kegiatan bersama dengan teman seumurannya makin menonjol. Anakpun makin sering keluar rumah dan beberapa diantaranya sudah mulai mempunyai pasangan (pacar).
Untuk menjadi seorang ibu yang mempunyai peran ganda, para ibu tetap harus memperhatikan perkembangan si kecil. Karena pola perkembangan si kecil sangat berpengaruh untuk masa depan dan sifatnya. Jika para ibu mempunyai waktu yang tidak banyak untuk mengasuh si kecil, lebih baik jika si kecil mempunyai orang tua pengganti seperti baby sitter. Dengan adanya baby sitter sangat membantu para ibu untuk mengasuh si kecil. Karena si kecil sudah ada yang memperhatikan pola perkembangannya.