Pancasila merupakan sebuah pandangan hidup atau weltanshauung bangsa Indonesia. Ia merupakan sebuah bentuk ideologi yang unik karena digali dari bumi Indonesia sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam. Salah satu nilai yang tercakup dan terkristalisasi didalam pancasila adalah Sitou Timou Tumou Tou, sebuah nilai luhur tentang arti buat apa manusia ada dan hidup di muka bumi ini, dimana falsafah hidup ini  berasal dari tanah Minahasa di ujung utara pulau Sulawesi,
Kalimat ini pertama kali diungkapkan oleh  Â
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi yg sering disapa dgn nama Sam Ratulangi, seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Secara harafiah, Sitou Timou Tumou Tou berarti Manusia hidup untuk memberi kehidupan kepada sesama Manusia. Dalam sudut pandang etimologis, dapat diartikan bahwasanya Manusia hidup untuk saling peduli, memberi, dan menunjang kehidupan sesamanya. Saling memberi hidup bukan saling mematikan.
Problem kekinian yang kita rasakan sekarang ini adanya kompetisi kehidupan yg saling menutup kesempatan hidup bagi sesama. Hal ini diakibatkan krn adanya persaingan hidup antar sesama semakin mengerikan menuju saling membinasakan.
Sikap intoleransi kebencian terhadap sesama semakin terang2an ditunjukan oleh sekelompok komunitas dlm masyarakat.
Sitou Timou Tumou Tou inilah yang menjadikan masyarakat Minahasa dikenal sebagai masyarakat yg tingkat toleransinya sangat tinggi di Indonesia. Kehidupan disana cenderung sangat harmonis. Lihat saja, hampir tidak pernah kita mendengar konflik yang berbau SARA di tanah toar lumimut ini. Semua pendatang are welcome tanpa melihat sudut pandang latar belakang siapa orang tersebut, darimana sukunya dan apa agamanya.
Selain itu, kita juga dapat merasakan nilai-nilai Sitou Timou Tumou Tou ini dalam tradisi Mapalus, sebuah manajemen kerja bareng yg diatur untuk sama kerja sama rasa sama sejahtera sama bahagia dalam mencapai kemajuan kehidupan yg maju sejahtera dan berperadaban.
Nilai Sitou Timou Tumou Tou ini sangat perlu untuk diterapkan dalam peri kemanusiaan agar kita tetap saling menghargai saling memberi hidup tidak hanya berlaku di tanah Minahasa tapi juga tanah Nusantara ini.
Banyak tantangan yang akan dihadapi kedepannya. Mulai dari makin liberalnya masyarakat berpikir. Kehidupan beragama bukan untuk saling berlomba memberikan kehidupan pada sesama tapi justru berlomba untuk saling mematikan, banyaknya isu SARA beredar hingga tahun-tahun pertarungan politik yang juga dapat menimbulkan polarisasi dan pepecahan didalam masyarakat. Era digital bukan dimanfaatkan untuk saling tebar kebaikan justru melenceng jadi saling tebar kebencian. Sejatinya, Bangsa Indonesia ialah bangsa yang Kemanusiaannya adil dan beradab.
MERDEKA !!!!
TORANG SAMUA BASUDARA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H