Mohon tunggu...
Misbahuddin Hasan
Misbahuddin Hasan Mohon Tunggu... Petani -

menulis selalu memberikan sensasi tersendiri. Mari membiasakan diri untuk menulis. jangan biarkan hikmah yang terkandung dalam perjalanan hidup terabaikan begitu saja. ayo berbagi cerita. menuangkan hikmah perjalanan hidup dalam bentuk tulisan akan mengabadikan nama kita. Blog: http://www.penapancasila.top

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhanku Dipreteli

25 Maret 2016   15:18 Diperbarui: 25 Maret 2016   15:42 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gambar ini diambil pada saat mati lampu"][/caption]Katanya tuhan itu ada tapi kok tak terlihat? Katanya tuhan mengabulkan doa tapi kok doa saya tak dikabulkan? Katanya tuhan yang menciptakan segala sesuatu, terus yang menciptakan tuhan siapa?

Tak dapat dipungkiri, diskusi seputar filsafat semakin marak di kampus, organ-organ mahasiswa memberikan porsi tersendiri untuk membincangkan tema tersebut, sehingga tak jarang kita temukan, di sudut-sudut kampus  orang berdiskusi seputar tema tersebut.

Pertanyaan seperti  “ apakah tuhan itu ada?” sudah menjadi sarapan pagi para mahasiswa yang bergelut di dunia pemikiran. Mereka telah berhasil mempreteli tuhan dengan daya kritisnya. Tapi sangat disayangkan, keberhasilan mereka hanya sebatas wacana.

Tujuan Mereka mendiskusikan tuhan bukan untuk mendekatkan diri kepadanya tapi agar kelihatan cerdas dan jago berdiskusi. Padahal teori filsafat mengajarkan kita untuk mengenal tuhan secara mendalam dan berusaha konsisten menjalankan perintahnya.

Sungguh sangat aneh apabila kita mengetahui bahwa tuhan itu ada, yang menciptakan alam semesta beserta isinya adalah dia, orang yang mematuhi perintahnya akan mendapat kedamaian di akhirat, tapi kita tidak terdorong untuk melaksanakan hal-hal yang diwajibkan. justru yang kita lakukan adalah hal-hal yang dilarang. Seharusnya pengetahuan tentang “tuhan itu ada” mengantarkan kita menuju penghambaan sejati bukan sebaliknya.

Pada dasarnya, tuhan tidak butuh dibedah dan dikaji cukup kita mengetahui bahwa dia ada. Karena sampai kapan pun dan sehebat apapun manusia, dia tak akan pernah mengetahui tuhan sebagaimana dia tuhan.

Kita hanya dituntut untuk mengharmoniskan jalin cinta kasih antara kita dengan tuhan dan kita dengan manusia. Menyelaraskan hubungan individual antara hamba dengan tuhan nya dan hubungan sosial antara hamba dengan hamba yang lain.

Begitu banyak manusia yang membicarakan tuhan tapi sangat sedikit yang menyembahnya. Begitu banyak orang yang menyembahnya tapi sangat sedikit yang meniru sifat rahman dan rahimnya tuhan. Hitamnya jidad bukanlah tolak ukur seseorang dikatakan ahli ibadah. Hanya orang-orang yang bersegera menyucikan dirinya dengan air wudu lalu melaksanakan salat ketika mendengar azan dan berbuat baik kepada orang di sekitarnya yang masuk dalam kategori ahli ibadah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Ma’un.

Saya teringat salah satu ungkapan yang menarik untuk direnungkan. Ungkapan itu sebagai berikut:

“Para teolog membahas tuhan dan mengatakan ia begini dan begitu, seolah tuhan itu seperti itu, padahal tuhan sendiri bilang, dia tak seperti ini dan tak seperti itu.
 Para filosof membicarakan tuhan, padahal mereka sendiri yang bilang, bahwa wujud tak dapat didefinisikan (dipahami). Para urafa mabuk, mereka semua seolah-olah tahu batasan dari tuhan yang tak terbatas, namun ada seseorang yang berjalan dengan kesendirian. Mencari cara agar dapat mengamit lengan si miskin dan si sakit sambil berbicara di telinga mereka, bahwa aku mencintai kalian

Begitu banyak orang yang berbicara dan menyembah tuhan, tapi sedikit yang meniru pekerjaan tuhan. Seseorang mungkin saja dapat beribadah semalam suntuk, atau bertafakkur berhari-hari. Tapi tidak semua mampu mempersembahkan hari-harinya untuk membantu semama yang sedang dalam kesusahan.

Agama tidak hanya ada di mihrab-mihrab, tempat pengasingan, di atas sajadah yang wangi, atau di even-even ritual dan majelis zikir. Ia ada bersama perut tetanggamu yang lapar, saudara atau temanmu yang sakit dan seorang diri. Ada pada mereka yang berutang padamu tapi tak mampu lagi membayarnya. Agama ada pada anak-anak terasin tanpa bapak dan ibu.

Engkau menyembah tuhan berhari-hari, namun menatap wajah si susah dengan pandangan dingin tanpa belas kasihan. Sesungguhnya kau tidak sedang menyembah tuhan. Kau sedang menyembah setan. Maka dari itu, berbuat baiklah karena tuhan menyenangi orang-orang yang berbuat baik.

dimuat juga di web pribadi saya: www.penapancasila.top

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun