Suatu malam, terlihat sepasang suami istri yang sedang melakukan aktivitas masing-masing di dalam sebuah kamar. Irwan, sang suami masih fokus di depan layar laptopnya. Sedangkan Leni, istrinya, dengan cekatan melipat baju-baju kering yang diangkat dari jemuran tadi siang.
"Bang, beli mobil, ya?" rengek Leni tiba-tiba, selepas memasukkan baju yang telah dilipat ke dalam lemari.
"Abang belum ada cukup uang, Dek." Irwan tetap fokus pada laptopnya.
"Kredit gimana, Bang?" tanya Leni penuh harap sambil memeluk Irwan dari belakang.
"Janganlah, Dek. Nggak bagus ngutang," tolak Irwan, tegas.
"Tapi, Bang ... Anak kita sudah tiga. Aku benar-benar kerepotan kalau Abang ajak ke mana-mana naik motor." Dilepaskan Leni pelukan ke Irwan, beranjak duduk di tepi ranjang. Kesal.
"Ya ... sabar dulu, Dek. Gimana lagi, Abang bisanya baru seperti ini. Masih beruntung, loh, ada motor yang setia menemani." Irwan menoleh pada Leni. Tersenyum.
"Kalau aku kerja lagi, gimana?"
"Terus yang ngurus anak-anak di rumah siapa?" Irwan balik bertanya.
"Cari pengasuh, Bang. Atau titipkan di Day Care."
Irwan mendekat, duduk di samping Leni yang tampak merengut. Diraihnya kedua pipi sang istri dengan dua telapak tangannya yang besar. Netranya lurus menatap netra Leni dengan penuh kelembutan.