Goresan ini hanya penyemangat senja dengan secangkir kopi hangat. Tak ada yang penting. Hanya menyapa pembaca dan sejenak melepas penat.
Pemandangan alun-alun dengan keriuhan warga kota ini membuat suasana santai menerawang ke kota seberang. Ah, lama sudah kutinggalkan kota dengan julukan "Syariah" di ujung Sumatera. Sembraut sekelut rutinitas dan pekerjaan menyita perhatian dan waktu.Â
Gemericik air membasahi alun-alun jantung kota Bandung. Karpet hijau terbentang pun tak luput dari genangan dan percikan air dari girangnya para bocah bermain. Aroma jajanan keliling pun seakan memanggil. Menggoda pelancong yang larut dalam selimut gerimis yang dingin. Hmm...perut semakin berirama gemerincing. Yah itulah panggilan alami saat awan gelap menyelimuti, titik-titik air yang menari membasahi tubuh ini.
Teman, sudah lama kutinggalkan. Saatnya aku kembali pulang. Sekelumit berita menguak suasana. Maklum, "caleg-caleg" mulai bersuara. Mulai keluar dari kandang-kandangnya.Â
Sedikit menggelitik memang, ketika aku mendengar kabar teman di Aceh, belum ada izin menyebarkan promosi caleg, tapi sudah gencar di mana-mana. Medsos? Tentu saja. Hemat, cepat, tepat tak perlu sewa baliho, cetak spanduk, poster dan lain sebagainya. Bahkan pesta kawinan menjadi 'sarang' jitu promosi diri dalam balutan kata "caleg".
Lalu, apa inti dari tulisan ini? Jujur, tak ada yang penting. Sejak awal sudah dibilang toh? Hehe. Hanya untaian dan ucapan terimakasih sudah sekedar mambaca tulisan ini.Â
Salam hangat dan santun, semoga dapat menjalin silaturahim. Untuk siapa saja dan dimana saja yang membaca tulisan ini. Semoga diberkahi, dimudahkan rejeki, dan dilancarkan apa yang menjadi mimpi. Amin.
Salam dari sudut Kota Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H