Jet tempur Chengdu J-20, yang dikenal dengan julukan Mighty Dragon, merupakan pesawat generasi kelima buatan China yang dirancang untuk unggul dalam konflik udara modern. Dilengkapi dengan teknologi stealth, avionik canggih, dan kemampuan taktis, J-20 melambangkan ambisi China untuk menantang dominasi militer Amerika Serikat.
Dari segi teknis, J-20 menonjol dengan desain aerodinamis canard delta dan penggunaan material komposit yang mengurangi jejak radar, memperkuat kemampuan silumannya.
Meskipun dirancang untuk menghindari deteksi dalam operasi militer yang sah, penggunaan teknologi stealth ini bisa berpotensi melanggar aturan mengenai ruang udara internasional, sebagaimana diatur dalam Konvensi Chicago 1944, jika digunakan untuk melanggar kedaulatan negara lain.
Mesin WS-15 yang dikembangkan khusus untuk J-20 menawarkan daya dorong tinggi dan kontrol vektor, meskipun kritik mengungkapkan bahwa kinerja mesin ini belum sepenuhnya setara dengan mesin F119 milik F-22 Raptor.
Mesin ini juga diduga dikembangkan berdasarkan data yang dicuri dari mesin AL-31 Rusia dan teknologi Amerika Serikat, yang bertentangan dengan Konvensi Berne 1971 yang melarang eksploitasi teknologi yang diperoleh secara ilegal.
J-20 juga dilengkapi dengan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) yang memungkinkan deteksi jarak jauh dan sistem perang elektronik untuk mengacaukan sinyal musuh, dengan menggunakan teknik jamming yang harus mematuhi prinsip proporsionalitas dan tidak merugikan sipil, sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Konvensi Jenewa tentang Perang Elektronik.
Selain itu, varian J-20S dengan dua kursi memungkinkan pembagian tugas antara pilot dan operator taktis, yang meningkatkan kesadaran situasional di medan perang, namun hal ini juga berimplikasi pada keselamatan awak, yang harus memperhatikan ketentuan dalam Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa (Pasal 36) yang mewajibkan desain peralatan militer untuk memprioritaskan keselamatan personel.
Dalam keseluruhan analisis ini, J-20 tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi militer, tetapi juga membuka diskusi mengenai tantangan hukum internasional dan etika yang timbul dari penggunaan teknologi canggih dalam konflik global.
Pengembangan jet tempur Chengdu J-20 telah menimbulkan tuduhan serius terkait pencurian data militer dari pesawat tempur F-22 dan F-35 milik Amerika Serikat. Beberapa analisis menunjukkan kesamaan mencolok antara fitur radar dan sistem avionik J-20 dengan yang ada pada F-35, sementara teknologi stealth yang diterapkan pada J-20 juga menunjukkan kemiripan dengan desain pesawat siluman Sukhoi dari Rusia.
Hal ini sejalan dengan teori yang diajukan oleh Oded Shenkar dalam bukunya Copycats, yang mengemukakan bahwa pendekatan inovasi melalui imitasi dapat mempercepat dominasi dalam teknologi.