Untuk mempertahankan posisi tersebut, AS diperkirakan akan mempercepat modernisasi armadanya melalui pengadopsian teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan sistem senjata generasi baru, guna memastikan keberlanjutan dominasi teknologi dan militer di masa depan.
Pengembangan kapal induk nuklir oleh China menghadapi tantangan besar, terutama dalam menciptakan reaktor nuklir yang aman, stabil, dan efisien secara operasional. Di tingkat internasional, langkah ini diawasi ketat oleh negara-negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, dan India, yang mungkin merespons dengan meningkatkan anggaran pertahanan mereka. Dalam konteks geopolitik, upaya ini berpotensi memicu perlombaan senjata maritim di kawasan Asia.
Meskipun teknologi China belum menyamai keunggulan Amerika Serikat, keberhasilan pengembangan ini dapat memperkuat pengaruh China di Indo-Pasifik.
Secara hukum internasional, pengembangan tersebut dianggap sah asalkan penggunaannya mematuhi prinsip-prinsip perdamaian dan kebebasan navigasi. Namun, langkah ini menambah kompleksitas dinamika keamanan global, menuntut kerja sama internasional untuk mencegah eskalasi konflik maritim di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H