Pensiunnya SR-71 Blackbird pada 9 Oktober 1999 menandai berakhirnya era pesawat pengintai yang menggabungkan kecepatan supersonik dan teknologi siluman, yang menjadi simbol inovasi penerbangan militer Amerika Serikat selama Perang Dingin.Â
Meskipun pesawat ini diakui sebagai prestasi teknologi yang luar biasa, keputusan untuk memensiunkannya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk biaya operasional yang sangat tinggi dan kemunculan teknologi pengintai alternatif seperti satelit.Â
Selain itu, peningkatan sistem pertahanan udara modern juga semakin mengancam keberadaan pesawat ini. Dalam konteks tersebut, SR-71 Blackbird tetap dikenang sebagai salah satu pesawat tercepat dan terhebat yang pernah ada, meskipun akhirnya tidak lagi diperlukan dalam strategi pengintaian militer yang semakin berkembang.
Pensiunnya SR-71 Blackbird tidak diatur oleh undang-undang khusus, namun dapat dipahami melalui berbagai aspek hukum dan kebijakan yang mengatur pengadaan serta pemeliharaan aset pertahanan di Amerika Serikat.Â
Menurut Title 10, U.S. Code, Section 153, Chairman of the Joint Chiefs of Staff bertanggung jawab untuk mengevaluasi kesiapan militer secara keseluruhan, termasuk menilai apakah suatu sistem atau platform masih layak digunakan dalam operasi militer atau perlu digantikan oleh teknologi yang lebih efisien.Â
Keputusan untuk memensiunkan SR-71 diambil karena pesawat ini dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan strategis pengintaian setelah Perang Dingin, di mana teknologi pengintai berbasis satelit telah terbukti lebih efektif dan ekonomis.Â
Selain itu, Title 10, U.S. Code, Section 2401 mengatur pengelolaan sistem persenjataan militer dan menunjukkan bahwa biaya operasional yang tinggi dari SR-71 menjadi faktor penting dalam keputusan penghentian layanannya.Â
Pemeliharaan yang intensif dan mahal sulit dipertahankan, terutama di tengah perubahan geopolitik yang mengurangi kebutuhan akan operasi berisiko tinggi seperti yang terjadi pada masa Perang Dingin.
Teknologinya yang canggih menjadikan SR-71 sebuah pesawat unggul pada masanya, dengan kecepatan maksimal Mach 3.3 dan kemampuan terbang di atas 24.000 meter, membuatnya hampir tak terjangkau oleh rudal dan jet tempur pada era 1960-an hingga 1970-an. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi militer pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ancaman bagi SR-71 meningkat signifikan.Â