Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Melukis dunia dengan kata-kata.

Pendidik anak bangsa pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo yang gemar membaca segala macam bacaan dan suka melukis dunia dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cara Berbahasa Menunjukkan Karaktermu

10 Desember 2024   13:20 Diperbarui: 10 Desember 2024   18:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CARA BERBAHASA MENUNJUKKAN KARAKTERMU

Tulisan ini diinspirasi oleh viralnya video Gus Miftah yang mengatakan Goblok pada seorang penjual es teh yang dating ke pengajiannya sambil menjajakan dagangannya. Video itu diunggah di media sosial dan langsung menjadi viral dan mendapat tanggapan dari ribuan nitizen. Semua netizen menlontarkan kritikan tajam kepada Gus Miftah. Mereka semua mengatakan bahwa tidak sepantasnya seorang ustaz, apalagi bergelar Gus yang dalam kultur pesantren Jawa identik dengan pemuka agama khususnya Islam melontarkan kata-kata yang dianggap kasar dan tidak bermoral. Bahkan ada netizen yang mengatakan bahwa  Gus Miftah tidak bermoral.

Artikel singkat ini tidak menyoroti moral Gus Miftah. Artikel ini saya fokuskan bagaimana bahasa menunjukkan karakter pemakainya. Kata-kata yang keluar dari lisan pembicaranya menunjukkan kualitas orangnya. Kualitas di sini adalah baik kulitas intelektualitas maupun kualitas moralnya. Diksi yang dipakai oleh pembicaranya menunjukkan kedua kualitas tersebut. Hal ini bisa diumpamakan dengan cerek. Bila yang keluar dari mulut cerek itu teh, berarti isi cerek itu adalah teh. Kalau yang keluar adalah tuak, maka berarti isi cerek itu adalah minuman yang memabukkan itu.

Mengapa  pemakaian bahasa menunjukkan kualitas karakter pemakainya? Ini bisa dijelaskan dengan teori linguistik yang dikemukakan oleh Ferdinand de Sausure. Saat akan berbicara, seseorang memiliki idea yang dikonsepkan dalam pikirannya. Kemudian pembicara itu mengkonsepkan idea-idea itu dalam simbol-simbol bahasa.  Lalu pembicara mengartikulasikan konsep-konsep itu dalam simbol-simbol bunyi yang mengandung makna. Simbol-simbol itu kita kenal sebagai bahasa. Pengartikulasian idea-idea itu melibatkan alat-alat ucap manusia yang dalam istilah Sausure disebut sebagai Organ of Speech (Ferdinand de Sausure 1983)

Baca juga: Para Pelantun Cinta

Selain teori linguistik di atas, ada juga teori filsafat ilmu. Filsafat adalah cara berpikir yang benar untuk mencari kebenaran dengan menggunakan akal budi. Sehubungan dengan kegiatan berpikir, maka bahasa adalah salah satu sarana berpikir selain matematika dan statistika (Otoluwa and Katili 2023). Cara berpikir yang benar akan tampak dari cara seseorang menggunakan bahasa. Cara menggunakan bahasa antara lain tampak dalam diksi dan kalimat yang digunakan.

Dalam kenyataan, kita sering menjumpai orang-orang yang menggunakan Bahasa secara teratur. Diksi yang dipilih mencerminkan cara berpikir yang sangat baik. Dia tidak menggunakan kata-kata yang bermakna ambigu atau memiliki makna yang lebih dari satu sehingga membingungkan pendengarnya. Cara berbicara yang kacau mencerminkan kekacauan cara berpikir pembicara.

Kemudian, bagaimana dengan etika pembicara? Kita sering mendengar nasihat orang-orang bijak. Mereka berkata, pikirkan, saring dahulu apa yang yang aka dibicarakan sebelum berbicara. Saya menambahkan pikirkan cara menyampaikan sebelum berbicara. Seleksilah diksi yang akan digunakan. Formulasikan kalimat dengan cara yang baik dan benar.

Diksi yang baik dan benar, misalnya ketika seorang guru berhadapan dengan siswa yang kemampuan inteletualnya lemah. Maka akan ada dua cara untuk menyampaikannya. Yang pertama adalah "Kau murid yang goblok." Yang kedua adalah dengan mengatakan "Nak, kau butuh belajar yang lebih giat.

Cara yang pertama mencerminkan mental menghakimi.  Dia memilih kata yang secara umum dirasakan kasar. Kata goblok tersurat bermakna bahwa siswa tersebut memiliki kualitas kecerdasan yang sangat rendah. Kata itu juga bermakna penghinaan.

Sedangkan kalimat kedua secara tersurat adalah saran atau dorongan kepada siswa yang bersangkutan untuk belajar. Memang secara tersirat bermakna bahwa siswa yang bersangkutan memiliki kualitas intelektualitas yang rendah, namun tidak ada penghakiman dan tidak penghinaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun