Bagaimana memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Pertanyaan yang ringan tapi memerlukan pemikiran yang tidak ringan untuk menjawabnya. Saya yakin masyarakat memiliki beragam jawaban. Ada yang memaknai secara positif mengingat beliau adalah pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Ada juga yang memaknai secara negatif dengan alasan antara lain himbauannya agar Gereja Katolik memberkati pernikahan sejenis.
lantas bagaimana seharusnya kita memaknai kunjungan beliau? izinkan saya mengemukakan beberapa pikiran saya. yang pertama, mari kita memaknai kunjungan ini secara positif. Â Alasan saya adalah beliau di samping sebagai pemimpin tertinggi Katolik, beliau juga adalah kepala negara. Beliau adalah kepala negara Vatican. Maka kunjungan beliau adalah juga kunjungan kenegaraan di samping kunjungan apostle.Â
Yang kedua, sebagai kepala Gereja Katolik, beliau memilki pengaruh yang sangat besar. Pengaruh ini bisa kita lihat di mana dalam setiap kunjungannya di setiap negara, beliau mendapat sambutan yang besar. Baik sambutan kenegaraan maupun sambutan kegerejaan.
Yang ketiga, beliau sangat berperan dalam percaturan politik dunia. Dalam setiap pembicaraan mengenai kemasalahatan dunia, beliau selalu hadir memberikan kontribusinya secara positif. Bisa dilihat ketika ada fenomena yang mengancam perdamaian dunia, beliau selalu siap memberikan sumbangsihnya.
Yang keeempat, beliau sebagai pemimpin tertinggi Katolik, beliau memiliki umat sejumlah 1,2 milyar orang. suatu jumlah yang sangat besar. Dengan demikian beliau, mau tidak mau, kita harus akui beliau memiliki pengaruh terhadap 1,2 milyar umat. Dengan pengaruh yang sangat besar terhadap jumlah yang sangat besar itu, beliau turut menentukan arah dunia ini secara politik ,aupun budaya.
Yang keempat, keteladanan dalam hal kesederhanaan. Kesederhanaan itu tampak pada pesawat yang dinaikinya. Beliau sebagai pemimpin 1,2 milay umat, bisa saja menaiki pesawat jet pribadi. Tapi beliau memilih pesawat komersial dan ini sangat bermakna. Maka bisa dipahami mengapa Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan kita bisa meneladani kesederhanaan ini, meski kita tidak bisa menyetujui himbauannya mengenai pernikahan sejenis.
Yang kelima, ini bisa menjadi ajang dialog perdamaian umat beragama. Kita bisa melakukan dialog mengenai perdamaian umat beragama. Bisa juga membuka peluang kerjasama di bidang muamalah. Kerjasama dalam bidang muamalah dengan pastor dan kaum kejawen pernah dicontohkan oleh pendiri Kyai Ahmad Dahlan.
Demikian. Namun memaknai secara positif tidak menghilangkan sikap kritis kita terhadap kebijakannya mengenai pernikahan sejenis. Pemipin kita bisa menyampaikan sikap kritis ini kepada beliau.
Demikian beberapa pendapat saya. Semoga bermanfaat.
Gorontalo, 5 September 2024