Mohon tunggu...
Adriansyah Abu Katili
Adriansyah Abu Katili Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo.

Saya dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Memiliki hobi membaca dan menulis. Saya membaca buku fiksi maupun non fiksi dan puisi. Saya juga suka menulis, baik tulisan ilmiah, ilmiah populer, fiksi, dan puisi.,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Guru

28 April 2024   09:13 Diperbarui: 28 April 2024   09:20 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.bing.com/images/create

"Kenikmatan, Pak. Puisi itu indah, setiap kata mengandung keindahan dan makna yang dalam."

"Demikian juga sholat. Sholat bila dipahami dan dihayati maka akan terasa keindahannya. Setiap ayat yang dibaca mengandung keindahannya sendiri. Setiap gerakan mengandung makna dan keindahannya. Makna dan keindahan tentang hamba yang mendamba cinta-Nya dan Dia yang Maha Cinta, memberikan cintanya kepada hambanya yang mendamba cinta-Nya."

"Zikir juga bila dihayati akan terasa keindahannya. Seperti alunan musik yang menenangkan. Maka bila berzikir, berzikirlah dengan penghayatan yang bagus.

Aku teringat jawaban-jawaban yang aku berikan atas pertanyaan guru yang lalu, yang dilecehkan sebagai jawaban tak bermutu. Kali ini aku mendapatkan kenyataan  esensi jawabanku dulu sama dengan kata-kata pak guru yang ini, meskipun dengan formulasi kata yang berbeda.

Pernah juga dia berkata, "Anak-anak, agama bagaikan matahari. Dia bersinar memberikan cahaya kepada bumi. Sinar itu menjadi energi. Dan dengan energi itu tumbuhlah beraneka makhluk di muka bumi ini. Makhluk itu tumbuh sesuai dengan jati dirinya. Tumbuhan dengan jati dirinya. Hewan dengan jati dirinya. Kita manusia dengan jati diri kita. Maka pertahankanlah jati dirmu sebagai manusia. Jadi dirmu sendiri, yang menghayati keberadaan dirimu dan Tuhan."

"Pak Guru, saya mau bertanya." Kataku pada suatu hari.

"Silahkan." Katanya

"Mengapa Pak Guru, sebagai guru agama tidak mengenakan jubah sebagaimana ustaz lain? Bahkan pernah saya lihat Pak Guru mengenakan jeans dan topi pet di suatu tempat rekreasi."

Pak Guru tersenyum. " Anakku. Model apapun pakaian yang kita kenakan tidak menjadi masalah, sepanjang menutupi aurat. Menjadi Islam tidak harus mengenakan jubah, meskipun Nabi mengenakan jubah. Nabi mengenakan jubah karena Beliau yang mulia hidup di daerah yang budayanya meminta mengenakan pakaian itu.  Kita tidak harus menjadi seperti orang Arab untuk menjadi Muslim yang sholeh."

Di hari lain, dia memberikan pertanyaan yang merupaka kejutan bagiku. "Anak-anak, apa cita-cita kalian?"

Ramai seisi kelas menjawab. Ada yang bercita-cita menjadi dokter. Ada yang mau menjadi pilot. Ada yang jadi pengusaha. Ada yang mau menjadi presiden.  Hanya aku yang menjawab, "Mau jadi penulis."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun